Kunduz merupakan wilayah vital karena menjadi pintu menuju provinsi-provinsi yang kaya mineral.
Kota ini juga berada di lokasi strategis, yakni dekat perbatasan dengan Tajikistan yang digunakan untuk penyelundupan opium dan heroin.
Pertempuran sengit berlanjut di bagian lain negara itu, dan pesawat AS dan Afghanistan melakukan serangan udara.
"Kami melihat mayat-mayat tergeletak di dekat penjara, ada anjing di sebelah mereka," kata seorang wanita yang meninggalkan Kota Kunduz saat Taliban mengambil alih wilayah itu.
Taliban menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.
Anak-Anak Jadi Korban
UNICEF juga memperingatkan bahwa kekerasan kepada anak-anak turut meningkat setiap harinya.
Menurut laporan BBC pada Selasa (10/8/2021), UNICEF mengatakan ada 27 anak-anak yang menjadi korban kekerasan ini.
Mereka tercatat dari tiga provinsi yakni Kandahar, Khost, dan Paktia.
Sekitar 136 anak juga terluka di daerah ini selama tiga hari terakhir, kata UNICEF.
Baca juga: Warga Afganistan Berbondong Bikin Paspor untuk Menyelamatkan Diri dari Taliban
Baca juga: Tanggapi Pidato Biden Soal ‘Jakarta Tenggelam’, Anies Baswedan Ingatkan Soal Perebutan SDA
Anak-anak ini tewas dan terluka karena bom pinggir jalan dan dalam baku tembak.
Seorang ibu mengatakan kepada Badan PBB bahwa keluarganya sedang tidur ketika rumah mereka terkena pecahan peluru.
Pecahan itu memicu kebakaran hingga putranya yang masih 10 tahun menderita luka bakar.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)