News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Militan Taliban Dinilai Lihai Manfaatkan Media Sosial untuk Mengubah Citra

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pejuang Taliban berjaga-jaga di sepanjang jalan dekat Zanbaq Square di Kabul. Afghanistan. Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota itu mencoba melarikan diri dari kelompok garis keras yang ditakuti. (Wakil Kohsar/AFP)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif RBC Institute A. Malik Fadjar, Subhan Setowara, mengungkapkan Taliban saat ini menggunakan media sosial untuk mengubah citra.

Dirinya memaparkan Taliban 2.0 yang muncul saat ini lebih lihai dalam memprofilkan diri.

"Taliban 2.0 melakukan rebranding via twitter dan konten media sosial lainnya dengan menunjukkan ciri kekinian," ujar Subhan dalam FGD "Pemuda dan Ekstremisme Beragama" di Sagan Heritage Hotel Yogyakarta, Senin (30/08/2021).

"Setelah memasuki Kabul misalnya, para militan Taliban lantas memosting video dan foto yang menampilkan para pejuang mereka sebagai sosok orang biasa yang mudah didekati," tambah Subhan.

Baca juga: Densus 88 Waspadai Pergerakan WNI Eks Kombatan Taliban yang Pulang ke Indonesia

Dirinya menjelaskan bahwa gerakan ekstrimisme pada hari ini makin kekinian dengan menyasar kaum muda.

Sementara itu, sejarawan Muhammadiyah Mu'arif menjelaskan tentang konsep dasar moderasi dalam beragama dalam perspektif sejarah.

"Fakta-fakta historis menunjukkan bahwa kekerasan dengan mengatasnamakan agama sudah terjadi sejak zaman Sahabat Nabi, biasanya dilatarbelakangi oleh politik," tutur Mu'arif.

Mantan napiter alumni Afghanistan, Nasir Abbas menceritakan tentang bagaimana awal mula serta perjalanannya mejadi teroris di berbagai negara.

"Dari umur 15 tahun saya sudah ke Afghanistan dengan niat untuk melanjutkan pendidikan, namun karena tidak memiliki ijazah pada akhirnya saya masuk NII, dan dari situ awal mula saya mengenal dengan gerakan terorisme dan ekstrimisme," ungkap Nasir.

FGD "Pemuda dan Ekstremisme Beragama" digelar oleh Cangkir Opini bersama Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Yogyakarta dan DPD IMM Jawa Timur.

Direktur Eksekutif Cangkir Opini, Zaki Ma'ruf mengungkapkan kegiatan ini dilaksanakan untuk merespon berbagai isu terorisme yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat Indonesia.

"FGD ini bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian mahasiswa dan pemuda serta masyarakat pada umumnya terhadap isu terorisme dan ekstrimisme dalam beragama, serta menawarkan cara pandang agama yang moderat (wasathiyah)," kata Zaki.

Sumber Keuangan Taliban

Setelah 20 tahun memerangi pasukan AS dan sekutunya, kelompok militan Taliban kembali menguasai Afghanistan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini