Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan negaranya mengakui kemerdekaan Republik Donbass yang terdiri dari Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR).
"Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya dibuat sejak lama, untuk segera mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata Putin.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (22/2/2022), ia menandatangani dokumen terkait dan meminta Majelis Federal Rusia untuk mendukung penandatanganan perjanjian kerja sama dengan kelompok Donbass yang memisahkan diri dari Ukraina.
Putin pun meminta Ukraina untuk segera menghentikan permusuhan terhadap negara-negara yang baru saja diakui kemerdekaannya ini.
"Jika tidak, semua tanggung jawab atas kemungkinan kelanjutan pertumpahan darah akan sepenuhnya berada di tangan hati nurani rezim yang berkuasa di Ukraina," kata Putin.
Baca juga: AS Sebut Rusia Sudah Buat Daftar Orang-orang Ukraina yang akan Ditangkap atau Dibunuh
Sebelumnya pada hari itu, dalam sesi darurat Dewan Keamanan Rusia, Putin berkonsultasi dengan para menteri, pejabat keamanan senior, dan anggota pemerintahannya untuk menyampaikan pandangan mereka tentang masalah tersebut dan potensi implikasi politik, ekonomi serta strategisnya.
Ribuan Wanita dan Anak-anak Kabur ke Rusia
Sebelumnya diberitakan, sekitar 30.000 orang telah melintasi perbatasan Rusia dari Donbass selama satu hari terakhir.
Mayoritas pengungsi dari wilayah itu adalah anak-anak.
Eskalasi militer yang sedang berlangsung di Donbass menyebabkan ribuan penduduk lokal melarikan diri melintasi perbatasan ke Rusia.
Pada Jumat lalu, pihak berwenang di Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri 'merdeka dari Ukraina' itu mengumumkan proses evakuasi kaum perempuan dan anak-anak.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (21/2/2022), menurut departemen keamanan perbatasan Dinas Keamanan Federal Rusia untuk Oblast Rostov, sekitar 30.000 orang dari republik-republik yang memproklamirkan diri itu telah melintasi perbatasan ke Rusia pada hari terakhir.
Mayoritas pengungsi atau sekitar 60 persen merupakan anak-anak.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Semakin Tegang, Sejumlah Maskapai Hentikan Penerbangan ke Kiev
Kepala DPR, Denis Pushilin juga menyatakan bahwa aksi pemboman mobil yang terjadi baru-baru ini di Donetsk diklaim sebagai tanda persiapan yang ditunjukkan Ukraina untuk melancarkan serangan militer ke wilayah Donbass.
Situasi di Donbass pun telah memburuk dalam beberapa minggu terakhir, dengan pasukan pemerintah Ukraina diduga menembaki sasaran sipil di wilayah tersebut.
Baca juga: Konflik Ukraina, Desa di Donetsk Dibiarkan Tanpa Listrik, Stasiun Pompa Utama Penyuplai Air Rusak
Pushilin menilai bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan memerintahkan serangan terhadap republik yang memproklamirkan diri 'merdeka' itu dalam waktu dekat.