TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Pemerintah China menyindir Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas tuduhan invasi awal ke Ukraina.
Kebijakan yang diambil AS malah menciptakan "menciptakan kepanikan" dan mempertajam ketegangan.
"AS telah mengirim senjata ke Ukraina, meningkatkan ketegangan, menciptakan kepanikan dan bahkan meningkatkan kemungkinan perang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
"Pertanyaan kunci di sini adalah peran apa yang dimainkan AS - biang keladi ketegangan saat ini di sekitar Ukraina -," kata Chunying sebagaimana dilansir Business Insider.
Baca juga: Para Pemimpin Dunia Kutuk Invasi Rusia ke Ukraina
"Jika seseorang terus menuangkan minyak ke api sambil menuduh orang lain tidak melakukan yang terbaik untuk memadamkan api, perilaku seperti itu jelas tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral."
Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah China akan bergabung dengan AS, Inggris, dan Uni Eropa dalam memberikan sanksi kepada Rusia atas agresinya di Ukraina, Chunying menjawab, "Posisi kami adalah bahwa sanksi secara mendasar tidak pernah menjadi cara yang efektif untuk memecahkan masalah.”
"Kami secara konsisten menentang semua sanksi sepihak ilegal," katanya.
Baca juga: Invasi Rusia Ke Ukraina, Komisi I DPR: Junjung Tinggi Kedaulatan Negara, Patuhi Hukum Internasional
Chunying melanjutkan, "Saya juga ingin menunjukkan bahwa sanksi sepihak ilegal oleh beberapa negara termasuk AS telah menyebabkan kesulitan besar bagi ekonomi dan mata pencaharian negara-negara terkait."
"Saat menangani masalah Ukraina dan hubungan dengan Rusia, AS tidak boleh merugikan hak dan kepentingan sah China dan pihak lain," kata Chunying.
Meskipun China menyatakan bahwa sanksi bukanlah cara yang efektif untuk mendekati krisis atau perselisihan geopolitik, Beijing sendiri menggunakannya terhadap AS – termasuk terhadap kontraktor pertahanan AS dalam seminggu terakhir atas penjualan senjata ke Taiwan.
Beijing dan Moskwa cenderung berpihak satu sama lain dalam masalah geopolitik. China bahkan mengeluarkan pernyataan bersama dengan Moskwa awal bulan ini yang mengutuk NATO.
Baca juga: Pasukan Rusia Serang Kota-kota Besar di Kyiv, Menlu Ukraina: Dunia Harus Bertindak Sekarang
Ketika negara-negara di seluruh dunia dengan keras mengutuk tindakan Rusia minggu ini sebagai serangan terang-terangan terhadap norma-norma internasional, China berusaha untuk mengambil nada yang lebih netral.
Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Senin (21/2/2022) malam, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan, "Situasi saat ini di Ukraina adalah hasil dari banyak faktor yang kompleks. China selalu membuat posisinya sendiri menurut permasalahannya. Kami percaya bahwa semua negara harus menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB."
PBB Minta Putin Hentikan Invasi
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan permohonan pribadi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak menyerang Ukraina. Putin pada Kamis (24/2) mengumumkan operasi militer di Ukraina.
Hadir dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan terkait krisis Rusia-Ukraina, Guterres juga mengingatkan, sudah ada terlalu banyak orang yang tewas dalam konflik. Ia berharap, Rusia bisa mengurungkan niatnya.
"Presiden Putin, hentikan pasukan Anda untuk menyerang Ukraina, beri kesempatan damai, terlalu banyak orang telah tewas," ungkap Guterres, seperti dikutip The Straits Times.
Serangan Rusia terhadap Ukraina dimulai
Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina Timur pada Kamis. Langkah ini dianggap akan menjadi awal perang di Eropa atas tuntutan Rusia untuk mengakhiri ekspansi NATO ke arah Timur.
Perintah tersebut disampaikan langsung oleh Putin dalam sebuah pidato yang disiarkan oleh kanal televisi pemerintah. Tak lama setelahnya, ledakan mulai terdengar di ibu kota Ukraina, Kyiv.
Kantor berita Interfax mengabarkan, serangan terjadi menjelang fajar dan berpusat di dekat bandara utama di Kyiv.
Dilansir dari Reuters, Putin mengatakan, dia telah mengizinkan operasi militer khusus di daerah-daerah yang memisahkan diri di Ukraina Timur dan bentrokan antara pasukan Rusia dan Ukraina hanya masalah waktu.
"Semua tanggungjawab atas pertumpahan darah akan berada pada hati nurani rezim yang berkuasa di Ukraina. Saya memerintahkan pasukan Rusia untuk melindungi rakyat dan menuntut pasukan Ukraina meletakkan senjata mereka," ungkap Putin.
Hingga saat ini, jangkauan operasi militer Rusia di Ukraina masih belum jelas. Namun, citra satelit yang diambil pada Rabu (23/2) menunjukkan ada penempatan pasukan baru di Rusia Barat.
Banyak di antara pasukan Rusia itu berada dalam jarak 16 km dari perbatasan dengan Ukraina dan kurang dari 50 mil dari Kota Kharkiv di Ukraina. (Kompas.com/Bernadette Aderi Puspaningrum/Kontan/SS Kurniawan)