News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Belum Taklukkan Ukraina, Analis Ungkap 4 Kesalahan Militer Rusia, Remehkan Lawan hingga Logistik

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar selebaran ini dirilis oleh Layanan Darurat Negara Ukraina pada 11 Maret 2022, menunjukkan penyelamat bekerja di lokasi serangan udara di Dnipro. - Sasaran sipil berada di bawah serangan Rusia di kota Dnipro di Ukraina tengah pada 11 Maret, menewaskan satu orang, kata layanan darurat, dalam apa yang tampaknya merupakan serangan langsung pertama di kota itu. Jumat pagi, ada tiga serangan udara di kota itu, yaitu menghantam taman kanak-kanak, sebuah gedung apartemen dan pabrik sepatu berlantai dua, memicu kebakaran. Satu orang tewas, kata layanan darurat dalam sebuah pernyataan. (Photo by Handout / State Emergency Service of Ukraine / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Banyak analis militer Barat terkejut dengan kinerja militer Rusia di medan perang dengan serangan Rusia ke Ukraina memasuki minggu ketiga.

Rusia memiliki salah satu angkatan bersenjata terbesar dan terkuat di dunia, tetapi kemampuan itu disebut belum terlihat dalam invasi ke Ukraina.

Salah satu analis bahkan menggambarkan kondisi saat ini sebagai "suram". Kemajuan militernya tampaknya sebagian besar terhenti dan beberapa sekarang mempertanyakan apakah Moskwa dapat pulih dari kerugian yang kini juga diderita pihaknya.

Baca juga: Bantu Imigran Asal Ukraina, Pemerintah Australia Berikan Visa Sementara Untuk Pelajar hingga Pekerja

"Rusia jelas-jelas belum mencapai tujuan mereka dan mungkin tidak akan mencapainya pada akhirnya", ujar seorang pejabat senior militer NATO mengatakan kepada BBC minggu ini.

Jadi apa yang salah? BBC dalam laporannya berbicara dengan perwira militer senior dan pejabat intelijen Barat, tentang kesalahan yang telah dibuat Rusia.

Meremehkan lawan

Kesalahan pertama Rusia adalah meremehkan kekuatan perlawanan dan kemampuan angkatan bersenjata Ukraina yang lebih kecil.

Rusia memiliki anggaran pertahanan tahunan lebih dari US$ 60 miliar (Rp 860,4 triliun), dibandingkan dengan pengeluaran Ukraina yang hanya lebih dari US$ 4 miliar (Rp 57,3 triliun).

Pada saat yang sama, Rusia dinilai melebih-lebihkan kekuatan militernya sendiri. Presiden Rusia Vladimir Putin memulai program modernisasi yang ambisius untuk militernya dan dia juga mungkin mempercayai superioritas kekuatan militernya sendiri.

Seorang pejabat senior militer Inggris mengatakan sebagian besar investasi Rusia telah dihabiskan untuk persenjataan dan eksperimen nuklirnya yang luas, termasuk mengembangkan senjata baru seperti rudal hipersonik.

Rusia seharusnya telah memiliki tank paling canggih di dunia, T-14 Armata. Armada buatannya itu terlihat di Parade Hari Kemenangan Moskwa di Lapangan Merah, tapi tidak terlihat dalam pertempuran.

Sebagian besar yang dikerahkan Rusia adalah tank T-72 yang lebih tua, pengangkut personel lapis baja, artileri, dan peluncur roket.

Baca juga: Brand Gaun Pengantin Produksi Rompi Militer, Pakaian Medis Hingga NFT Untuk Biayai Pasukan Ukraina

Kehilangan momentum

Pada awal invasi, Rusia memiliki keuntungan yang jelas di udara. Pesawat tempur militer Rusia bergerak di dekat perbatasan, tiga banding satu jumlah angkatan udara Ukraina.

Sebagian besar analis militer berasumsi bahwa pasukan penyerang akan dengan cepat memperoleh keunggulan dari udara, tetapi ternyata tidak. Pertahanan udara Ukraina masih terbukti efektif, membatasi kemampuan Rusia untuk bermanuver.

Seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan kepada BBC bahwa Rusia berpikir dapat mendominasi dengan mengerahkan unit-unit yang lebih ringan. Penggunaan ujung tombak pertahanan, seperti Spetsnaz dan pasukan terjun payung VDV, akhirnya dikesampingkan.

Namun dalam beberapa hari pertama serangan helikopter Rusia di Bandara Hostomel, tepat di luar Kyiv, berhasil digagalkan. Ini menghalangi Rusia membawa pasukan, peralatan dan pasokan. Rusia akhirnya harus mengangkut logistiknya sebagian besar melalui jalan darat.

Kegagalan itu membuat kemacetan lalu lintas hingga menciptakan “titik kumpul” armada, yang kemudian menjadi sasaran empuk bagi pasukan Ukraina untuk menyergap.

Baca juga: Daftar 6 Negara yang Masih Ingin Bersahabat dengan Rusia saat Putin Serang Ukraina, Siapa Saja?

Beberapa kendaraan baja militer Rusia sempat keluar dari jalan utama Ukraina, namun mereka justru terjebak dalam lumpur. Gambaran ini memperkuat citra “macetnya operasi militer Rusia”.

Sementara itu, barisan lapis baja panjang Rusia dari utara yang ditangkap oleh satelit masih gagal mengepung Kyiv. Kemajuan yang paling signifikan datang dari selatan, di mana ia mampu menggunakan jalur kereta api untuk memasok pasukannya.

Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Presiden Putin "telah kehilangan momentum. Mereka terjebak dan perlahan tapi pasti menderita kerugian signifikan."

Kemerosotan moral personel

Rusia mengumpulkan sekitar 190,00 kekuatan pasukannya di perbatasan selama beberapa minggu sebelum serangan ke Ukraina. Sebagian besar dari mereka berkomitmen untuk pertempuran, tapi dilaporkan kini sekitar 10 persen dari kekuatan itu sudah hilang.

Tidak ada angka yang dapat dijadikan acuan untuk skala kerugian Rusia atau Ukraina. Ukraina mengklaim telah membunuh 14.000 tentara Rusia, meskipun AS memperkirakan jumlahnya mungkin hanya setengah dari itu.

Tentara Ukraina mencari mayat di puing-puing di sekolah militer yang terkena roket Rusia sehari sebelumnya, di Mykolaiv, Ukraina selatan, pada 19 Maret 2022. Media Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan udara skala besar di Mykolaiv, menewaskan sedikitnya 40 tentara Ukraina di markas brigade mereka. (AFP)

Para pejabat Barat mengatakan ada bukti kemerosotan moral di antara pasukan militer Rusia, dengan satu mengatakan moral mereka "sangat, sangat, rendah".

Yang lain mengatakan pasukan itu "kedinginan, lelah dan lapar". Pasalnya, mereka sudah menunggu di salju selama berminggu-minggu di perbatasan Belarus dan Rusia, sebelum akhirnya diberi perintah untuk menyerang.

Rusia terpaksa mencari lebih banyak pasukan untuk menebus kehilangan personel, termasuk bergerak mencari ke unit cadangan di timur jauh negara itu dan Armenia.

Para pejabat Barat meyakini "sangat mungkin" bahwa pasukan asing dari Suriah akan segera bergabung dalam pertempuran, bersama dengan tentara bayaran dari kelompok rahasia Wagner. Seorang pejabat senior militer NATO mengatakan ini adalah tanda bahwa Rusia harus menggali lebih di batalionnya.

Persediaan dan logistik

Pasukan militer Rusia telah berjuang dengan kebutuhan-kebutuhan dasar. Ada pepatah militer lama yang mengatakan bahwa amatir berbicara tentang taktik, sementara para profesional mempelajari logistik. Analis militer Barat menilai ada bukti bahwa Rusia belum cukup mempertimbangkan hal itu.

Misalnya dilihat dari barisan kendaraan lapis baja militer Rusia yang kehabisan bahan bakar, makanan dan amunisi. Sejumlah kendaraan rusak dan ditinggalkan begitu saja, sehingga ditarik oleh traktor Ukraina.

Pejabat Barat juga meyakini Moskwa mungkin kehabisan beberapa amunisi. Militer Rusia telah menembakkan antara 850 dan 900 amunisi presisi jarak jauh, termasuk rudal jelajah, yang lebih sulit untuk diganti daripada senjata terarah.

Para pejabat AS memperingatkan Rusia telah mendekati China untuk membantu mengatasi beberapa kekurangan ini. Sebaliknya, ada aliran tetap senjata yang dipasok Barat ke Ukraina, yang meningkatkan moralnya.

Baca juga: Kata China soal Invasi Rusia ke Ukraina: Waktu akan Membuktikan Kami Berada di Pihak yang Benar

Para pejabat Barat memperingatkan bahwa Presiden Putin masih dapat "menggandakan (serangan) dengan kebrutalan yang lebih besar".

Dia disebut masih memiliki daya tembak yang cukup untuk membombardir kota-kota Ukraina untuk "jangka waktu yang cukup lama".

Meskipun mengalami kemunduran, seorang pejabat intelijen Barat juga mengatakan bahwa Presiden Putin, "tidak mungkin tergoyahkan dan mungkin malah meningkatkan serangan. Dia kemungkinan tetap yakin bahwa Rusia dapat mengalahkan Ukraina secara militer".

Sementara itu, meski pasukan Ukraina telah menunjukkan perlawanan sengit, pejabat yang sama memperingatkan bahwa tanpa pasokan yang signifikan, mereka juga "pada akhirnya dapat kehabisan amunisi dan jumlah personel".

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Kesalahan Militer Rusia dalam Serangan ke Ukraina Menurut Analis Militer Barat"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini