News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Berharap Damai dengan Ukraina, tapi Tegaskan Tak Ada Tawar-Menawar demi Kepentingannya

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas pemadam kebakaran Ukraina bekerja di tengah puing-puing pusat perbelanjaan Retroville pada 21 Maret 2022. Rusia menegaskan tak ingin ada tawar-menawar untuk mempertahankan kepentingannya, yaitu demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengklaim pihaknya berharap perdamaian dengan Ukraina bisa segera tercapai.

Kendati demikian, Rusia menegaskan tak ingin ada tawar-menawar untuk mempertahankan kepentingannya, yaitu demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina.

“Kami tak akan tawar-menawar, kami melindungi kepentingan kami. Tujuan kami untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina."

"Dan menurut Presiden kami (Vladimir Putin) itu akan terwujud,” kata Dubes Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/3/2022), dikutip dari Kompas.com.

Soal invasi Rusia, Vorobieva mengklaim Moskow tak pernah menginginkan perang.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva berpose usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Rumah Dinas Duta Besar Rusia, Jakarta Selatan, Kamis (3/3/2022). Pada wawancara tersebut, Lyudmila Georgievna Vorobieva menyatakan bahwa Rusia menghormati keputusan sejumlah negara yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Merah. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Baca juga: Profil Alexey Navalny, Kritikus Putin Paling Vokal yang Dinyatakan Bersalah atas Penipuan

Baca juga: Daftar 6 Negara yang Masih Ingin Bersahabat dengan Rusia saat Putin Serang Ukraina, Siapa Saja?

Bahkan, ia menegaskan Rusia tak ingin menghancurkan Ukraina.

“Itu bukan keinginan kami (perang), kami tidak menduduki Ukraina, kami tidak ingin menghancurkan Ukraina, kami tidak ingin menyakiti orang Ukraina. Kami tidak ingin melakukan itu," terangnya.

Lebih lanjut, Vorobieva mengatakan operasi militer akan berhenti jika Rusia dan Ukraina bisa berdamai lewat cara diplomatik.

Namun, jika cara itu tak bisa dilakukan, maka Moskow akan tetap melanjutkan invasinya.

Karena itu, Vorobieva tak bisa memberi tahu pasti kapan perang akan berakhir.

“Jika kami dapat melakukannya lewat cara diplomatik itu akan baik dan operasi (militer) akan langsung berhenti."

"Tapi, jika kami tidak dapat melakukannya secara diplomatik kami akan melanjutkan,” tegasnya.

Zelensky Ingin Bertemu Putin

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato di depan Kongres AS melalui tautan video dari Kyiv. Ukraina. (16 Maret 2022). (AFP/Ukraine Presidency/Handout) (AFP/HANDOUT)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tidak mungkin untuk merundingkan perdamaian tanpa bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kepada jaringan televisi publik Eropa, Zelensky menyebut pertemuan semacam itu dapat membahas masa depan Ukraina.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hingga Pandemi Jadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Global, Begini Penjelasan BI

Baca juga: Beritakan 10.000 Tentara Rusia Tewas di Ukraina, Surat Kabar Rusia Klaim Situsnya Telah Diretas

Kendati demikian, ia tak menampik akan lebih banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Zelensky juga mengulangi pengakuannya, yang dibuat di awal bulan ini, bahwa Ukraina saat ini tak mendapatkan keanggotaan NATO.

"Saya percaya, sampai saat kita mengadakan pertemuan dengan Federasi Rusia, Anda tidak dapat benar-benar memahami apa yang akan mereka lakukan untuk menghentikan perang dan apa yang akan mereka tempuh jika kami belum bersedia kompromi," tutur Zelensky dalam wawancara, Senin (21/3/2022), dilansir Reuters.

Zelensky telah mengupayakan pertemuan dengan Putin selama hampir satu tahun, tapi pemimpin Rusia itu menolak dan justru menuntutnya menyelesaikan "perang saudara" negaranya dengan wilayah-wilayah separatis yang terkait dengan Moskow.

Sejak pasukan Rusia masuk ke Ukraina bulan lalu, Zelensky telah mengeluarkan seruan yang mendesak untuk menggelar pembicaraan guna mengakhiri pertempuran.

Pekan lalu dia menyerukan pertemuan secepatnya sehingga Rusia dapat "membatasi kerugian yang disebabkan oleh kesalahannya".

"Kompromi harus ditentukan!" katanya.

"Saya siap bertemu Presiden Rusia untuk mengangkat masalah wilayah invasi, tetapi saya yakin bahwa solusi tidak akan datang pada pertemuan ini," ujar Zelensky dalam wawancaranya.

Ia mengatakan beberapa syarat perlu dipenuhi sebelum kompromi tercapai, yaitu gencatan senjata, penarikan pasukan, dan jaminan keamanan.

"Jika orang mencoba untuk menghentikan perang, ada gencatan senjata dan pasukan ditarik."

Baca juga: Berapa Jumlah Tentara Ukraina, Rusia dan Warga Sipil yang Tewas Sejak Invasi 24 Februari Lalu?

Baca juga: Setelah Uni Eropa, Raja Minyak Rusia Roman Abramovich Bakal Kena Sanksi AS

"Presiden bertemu, mencapai kesepakatan tentang penarikan pasukan dan ada jaminan keamanan dalam satu atau lain cara," bebernya.

"Kompromi harus ditentukan, dengan satu atau lain cara untuk menjamin keamanan kita."

Zelensky menuturkan Ukraina sangat menyadari bahwa mereka tidak dapat diterima menjadi anggota NATO sekarang.

Negara-negara anggota NATO, kata Zelensky, "mengerti bahwa mereka tidak ingin berperang dengan Rusia dan oleh karena itu tidak dapat menerima kami (sebagai anggota)."

"Kami harus mendamaikan diri sendiri dengan itu (tidak diterima sebagai anggota NATO) dan mengatakan 'oke, (cari) jaminan lain'."

Tujuan Operasi Militer Belum Tercapai

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan operasi militer khusus Rusia di Ukraina berjalan sesuai tujuan dan rencana yang sudah ditetapkan.

"Itu (operasi khusus) berlangsung secara ketat sesuai dengan rencana dan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya," kata Peskov dalam wawancara dengan CNN, Selasa (22/3/2022), dilaporkan media Rusia, TASS

Ia menambahkan bahwa sejak awal, tidak ada yang mengira operasi militer ini akan membutuhkan waktu "beberapa hari".

Peskov menyebut, operasi ini adalah hal yang serius dengan tujuan serius pula.

Baca juga: Dubes Rusia: Presiden Putin Berencana Hadiri KTT G20 Di Indonesia

Baca juga: Pemimpin Mesir, UEA, dan Israel Lakukan Pertemuan Trilateral Bahas Dampak Invasi Rusia di Ukraina

Namun, menurutnya, tujuan operasi belum tercapai.

"Belum, kami berbicara tentang operasi militer khusus yang sedang berlangsung," tambah juru bicara Kremlin ini.

Sangat jelas bagi Rusia, bahwa Kyiv sedang bersiap untuk melancarkan operasi militer terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR), kata Peskov.

Menurut pejabat ini, Rusia berharap Ukraina tidak akan menyerang Donbass dan Moskow mengandalkan kemajuan dalam pembicaraan Format Normandia.

"Setelah itu, dalam beberapa hari, sangat jelas bagi kami, untuk spesialis militer kami, bahwa Ukraina akan melancarkan serangan terhadap Donbass," kata Peskov.

Ia berujar, Ukraina telah mengumpulkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang garis kontak.

"Ada tanda-tanda yang jelas bahwa serangan akan dimulai," tambah Peskov.

"Tidak ada yang akan memperingatkan Ukraina untuk tidak melakukan itu (meluncurkan serangan di Donbass). Tidak ada yang akan mendorong Ukraina ke arah solusi dalam kerangka proses Normandia. Tidak ada yang melakukannya," katanya.

Pejabat dekat Presiden Vladimir Putin ini menilai negara-negara Barat menutup telinga terhadap masalah keamanan Rusia selama beberapa dekade.

"Niat Presiden Putin adalah membuat dunia mendengarkan dan memahami keprihatinan kami," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN.

"Kami telah mencoba menyampaikan keprihatinan kami kepada dunia, pertama ke Eropa, ke Amerika Serikat selama beberapa dekade, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan kami."

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jubir Kremlin Sebut Tujuan Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina Belum Tercapai

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ika Nur Cahyani, Kompas.com/Bernadette Aderi Puspaningrum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini