"Kota ini dibom terus-menerus, dari 50 bom menjadi 100 bom yang dijatuhkan pesawat Rusia setiap hari. Banyak kematian, banyak tangisan, banyak kejahatan perang yang mengerikan," kata Orlov.
Mariupol telah menjadi fokus pada perang yang meletus sejak 24 Februari ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya menginvasi Ukraina.
Kota Mariupol terletak di Laut Azov dan penaklukkannya memungkinkan Rusia untuk menghubungkan daerah-daerah timur yang dikuasai separatis pro-Rusia dengan semenanjung Crimea yang dianeksasi Moskwa pada 2014.
Sebuah tim Reuters yang mencapai bagian Mariupol yang dikuasai Rusia pada Minggu (20/3/2022) melaporkan kerusakan kota tersebut.
Reuters juga melihat beberapa jenazah yang terbungkus selimut tergeletak di tepi jalan.
Ukraina melaporkan bahwa peluru, bom, dan rudal Rusia telah menghantam teater, sekolah seni, dan bangunan umum lainnya, mengubur ratusan wanita dan anak-anak yang berlindung di ruang bawah tanah.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk pada Selasa menuntut pembukaan koridor kemanusiaan bagi warga sipil.
Dia menuturkan, setidaknya 100.000 orang ingin meninggalkan Kota Mariupol tetapi tidak bisa.
“Militer kami membela Mariupol dengan heroik. Kami tidak menerima ultimatum. Mereka (Rusia) menawarkan penyerahan diri di bawah bendera putih,” ujar Vereshchuk.
Kyiv menuduh Moskwa mendeportasi penduduk Mariupol dan wilayah Ukraina yang dikuasai separatis ke Rusia.
Ini termasuk "pemindahan paksa" 2.389 anak-anak ke Rusia dari wilayah Luhansk dan Donetsk, kata Jaksa Agung Iryna Venediktova.
Di sisi lain, Moskwa membantah memaksa orang pergi, dengan mengatakan pihaknya menerima pengungsi.
Di Kherson, sebuah kota di bawah kendali Rusia, pejabat Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia mencegah pasokan mencapai warga sipil.
"300.000 warga Kherson menghadapi bencana kemanusiaan karena blokade tentara Rusia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko di Twitter.
Rusia tidak segera mengomentari situasi di Kherson.
Sumber: BBC/Tribunnews.com