TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mengatakan telah menemukan lebih dari 1.200 mayat di wilayah Kyiv, Minggu (10/4/2022).
Kyiv diduga menjadi tempat kekejaman yang dilakukan selama pendudukan Rusia bulan lalu.
Ribuan mayat tersebut ditemukan ketika penduduk di timur Ukraina bersiap melarikan diri menjelang ledakan besar yang diperkirakan terjadi.
Pemboman berat menghantam Ukraina sepanjang akhir pekan, menambah jumlah korban enam minggu setelah invasi Rusia ke tetangganya.
"Tentara Rusia terus mengobarkan perang terhadap warga sipil karena kurangnya kemenangan di garis depan," kata kata gubernur regional, Oleg Sinegoubov, seperti dilansir CNA.
Di Dnipro, sebuah kota industri besar berpenduduk satu juta jiwa, hujan rudal Rusia hampir menghancurkan bandara setempat, menyebabkan jumlah korban yang tidak pasti, kata pihak berwenang setempat.
Baca juga: Lindungi Ukraina, Microsoft Blokir Serangan Siber dari Rusia
Baca juga: Sanksi Terus Bertambah, Uni Eropa Memutus Rusia dari Layanan Cryptocurrency
Itu sudah terjadi pada 15 Maret, lalu.
Presiden Volodymyr Zelenskyy sekali lagi mengutuk kekejaman terhadap warga sipil.
Setelah berbicara dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Zelenskyy mengatakan mereka telah sepakat "bahwa semua pelaku kejahatan perang harus diidentifikasi dan dihukum".
Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova mengatakan negara itu sedang memeriksa dugaan kesalahan 500 pejabat terkemuka Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, atas ribuan kejahatan perang.
Ukraina Siap Bertempur
Korban tewas juga meningkat di timur Ukraina, di mana serangan rudal pada hari Jumat (8/4/2022) menewaskan 57 orang di sebuah stasiun kereta api di kota Kramatorsk, menurut penghitungan revisi yang dikeluarkan oleh Pavlo Kyrylenko, gubernur wilayah Donetsk.
Penduduk di timur telah melarikan diri dalam jumlah ribuan saat Ukraina bersiap untuk "pertempuran penting" melawan pasukan Moskow, kata Zelenskyy.
"Kami siap bertarung dan melihat secara paralel untuk mengakhiri perang ini melalui diplomasi," katanya pada hari Sabtu pada konferensi pers dengan mengunjungi Kanselir Austria Karl Nehammer.
Meluncurkan inisiatif diplomatiknya sendiri, Nehammer mengatakan dia akan bertemu Putin pada hari Senin dalam sebuah langkah yang juru bicaranya bersikeras dikoordinasikan dengan Berlin, Brussels dan Zelenskyy.
Untuk diketahui, Austria adalah anggota Uni Eropa, tetapi bukan anggota NATO.
Korban Sipil
PBB pada hari Minggu mengatakan 4.232 korban sipil telah tercatat di Ukraina hingga saat ini, dengan 1.793 tewas dan 2.439 terluka.
Jaksa Ukraina Venediktova mengatakan sejauh ini 1.222 mayat telah ditemukan di wilayah sekitar Kyiv saja.
Setidaknya dua mayat ditemukan di dalam lubang got di sebuah pompa bensin di jalan raya di luar Kyiv pada hari Minggu, seorang reporter AFP melihat.
Mayat-mayat itu tampaknya mengenakan campuran pakaian sipil dan militer.
Seorang wanita putus asa mengintip ke dalam lubang sebelum mogok, mencakar bumi dan meratap, "Anakku, anakku".
Baca juga: Amerika Serikat Ancam Boikot Pertemuan G20, Tak Terima Jika Rusia Hadir
Baca juga: Slovakia Siap Beri Bantuan Sistem Pertahanan Udara S-300 ke Ukraina
Evakuasi Warga
Ketika pasukan Rusia berkumpul kembali di timur dan selatan Ukraina, pejabat setempat mendesak penduduk untuk melarikan diri sebelum terlambat.
Gubernur Lugansk Sergiy Gaiday mengatakan dalam sebuah video baru bahwa warga sipil takut meninggalkan wilayah itu setelah tragedi di Kramatorsk.
Kami mengevakuasi "2.700 hingga 2.500 orang per hari, tetapi sekarang semakin sedikit," katanya.
"Saya yakin 20 hingga 25 persen" penduduk di kawasan itu masih ada, tambahnya.
"Sayangnya, kadang-kadang kita hanya memohon (mereka) untuk keluar dari persembunyian karena kita tahu apa yang akan terjadi selanjutnya ..."
Pasukan Rusia, katanya, "akan menghancurkan segala sesuatu di jalan mereka".
Sebuah pernyataan kementerian pertahanan Rusia mengatakan, pihak berwenang Kyiv dan sekutu Barat mereka terus melakukan provokasi mengerikan dan membunuh warga sipil di Republik Rakyat Lugansk yang memproklamirkan diri di tenggara.
(Tribunnews.com/Yurika)