James sendiri terungkap beralamat di Philadelphia dan Wisconsin.
Menurut keterangan saksi mata, penyerang kereta bawah tanah merupakan pria bertubuh besar, mengenakan rompi oranye, kaus abu-abu, helm hijau dan masker bedah.
Dilaporkan NY Times, James memposting lusinan video ia mengarang acara berita dengan kata-kata kasar di YouTube.
Dia menyalahkan perempuan kulit hitam atas kekerasan di antara orang kulit hitam dan menunjuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai bukti bahwa orang kulit putih melakukan genosida.
Komisaris mengungkap bahwa serangan dimulai di gerbong kereta ketika akan memasuki stasiun.
Pria bersenjata itu mengeluarkan dua tabung dari tasnya dan membukanya, tidak lama kemudian asap memenuhi seluruh gerbong kereta.
Selanjutnya, pria itu menembakkan 33 peluru dari pistol semi-otomatis Glock 9 mm yang ditemukan bersama tiga magasin amunisi tambahan, kapak, beberapa kembang api kelas konsumen dan satu wadah bensin.
Polisi belum mengetahui motif dari penembakan ini, dan belum mengaitkannya dengan terorisme.
Tetapi penyelidik menemukan sejumlah postingan di media sosial terkait dengan seseorang bernama Frank James.
Di luar stasiun, tepatnya di daerah Chinatown dan sekitarnya ditutup polisi.
Baca juga: Polisi Tetapkan 6 Tersangka dalam Kasus Pengeroyokan Ade Armando, 4 di Antaranya Masih Buron
Baca juga: Aksi Sadis Tiga Perampok Tembak Perut Korban di Musi Banyuasin, Berikut Kronologi Kejadiannya
Sekolah-sekolah di lingkungan itu ditempatkan di bawah penguncian keamanan.
John Butsikares, seorang anak berusia 15 tahun yang melewati stasiun 36th Street setelah kejadian itu, mengatakan kondektur kereta memerintahkan semua orang di peron stasiun untuk naik ke atas.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saat itu menakutkan. Kemudian di 25th Street (stasiun berikutnya) kami semua disuruh turun. Ada orang yang berteriak minta tolong," kata Butsikares yang hendak berangkat sekolah.
Wali kota New York City, Eric Adams mengatakan bahwa pencarian pelaku terhambat karena satu kamera CCTV di stasiun kereta bawah tanah 36th Street yang tidak beroperasi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)