"Mereka ini keras kepala dan tak mau kalah dengan Amerika Serikat,” paparnya.
Perancis merupakan negara di Eropa yang paling memegang peranan penting dalam memobilisasi keamanan internasional baik melalui NATO dan PBB. Perancis juga satu di antara lima negara pemegang Hak Veto di PBB.
Baca juga: Kepala Intel Rusia Sebut Polandia Diam-diam Akan Rebut Kendali Sebagian Wilayah Ukraina
Peran Perancis dalam NATO tak terbantahkan karena merupakan satu dari sejumlah negara pendiri yang meneken perjanjian pakta NATO pada 4 April 1949.
NATO dibentuk karena adanya kekhawatiran negara-negara Eropa Barat dan Amerika terhadap ancaman keamanan dari dominasi Uni Soviet di wilayah Eropa.
Namun saat dipimpin Presiden Charles de Gaulle justru pernah memutuskan keluar dari komando NATO pada Maret 1966. Saat itu, de Gaulle bahkan memerintahkan pakta pertahanan itu menutup markas mereka di Prancis.
Alasannya, Prancis tidak ingin terjebak dalam konflik Blok Barat dan Blok Timur.
Meski keluar dari komando NATO, Prancis tetap tergabung dengan NATO. Artinya Prancis tidak terlibat dalam perencanaan kebijakan NATO.
Prancis kembali menjadi bagian anggota penuh NATO di masa Presiden Nicolas Sarkozy yang terpilih pada tahun 2007.
Keputusan tersebut terhitung kontroversial karena pada 2003 Prancis menentang keras invasi Amerika Serikat ke Irak karena bermodalkan kabar bohong senjata pemusnah massal atau weapon of mass destruction.