"Ini adalah Ramadhan terburuk dalam hidup saya; kami tidak hanya kelaparan, tetapi tidak ada persatuan, kami juga tidak dapat beribadah dengan damai," katanya, merujuk pada serangan baru-baru ini terhadap masjid di Afghanistan.
Baca juga: AS Tinggalkan Persenjataan Militer Senilai Rp101 Triliun di Afghanistan
Baca juga: Pengeboman Masjid dan Sekolah di Afghanistan Tewaskan 33 Orang
Selain Jamal, tokoh masyarakat bernama Dr Bakr Saeed turut mengungkapkan situasi yang menyedihkan di Afghanistan.
Menurutnya, selain kekerasan, ada beberapa hal laun yang menjadi penyebab kekhawatiran.
Sejak pengambilalihan Taliban pada Agustus, ekonomi Afghanistan terjun bebas dengan harga pangan dan inflasi melonjak.
Di pusat distribusi makanan gratis di Kabul pada hari Sabtu, Din Mohammad, ayah dari 10 anak, mengatakan dia memperkirakan Idul Fitri ini akan menjadi yang terburuk.
"Dengan kemiskinan, tidak ada yang bisa merayakan Idul Fitri seperti dulu," katanya.
"Saya berharap kami memiliki pekerjaan dan pekerjaan sehingga kami dapat membeli sesuatu untuk diri kami sendiri, tidak harus menunggu orang memberi kami makanan," tambahnya.
(Tribunnews.com/Maliana)