Unit rahasia Inggris itu juga memalsukan setidaknya 11 laporan yang diduga dirilis kantor berita milik negara Soviet, menurut Guardian.
London secara khusus berusaha untuk membuat perpecahan antara Moskow dan sekutunya di dunia Arab dengan memproduksi berita palsu yang mendiskreditkan Uni Soviet di mata orang Arab, dan membangkitkan sentimen Islam di antara mereka.
Salah satu laporan semacam itu, yang disajikan sebagai berasal dari Uni Soviet, mengecam bantuan militer Soviet ke Mesir selama Perang Enam Hari 1967.
Bantuan itu dinarasikan sebagai pemborosan. Operator Inggris juga memalsukan literatur pro-Islam, termasuk Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang memiliki pengaruh signifikan di dunia Arab pada waktu itu.
Turut Membuat Tuduhan Palsu
Pernyataan yang dipalsukan IRD melihat Ikhwanul Muslimin menyebut Soviet ateis berlidah kotor, dan menuduh mereka menganggap orang Mesir sebagai petani mengikuti takhayul Islam yang reaksioner.
IRD juga melangkah lebih jauh dengan menciptakan kelompok Islamis yang sepenuhnya fiktif, Liga Orang Percaya, yang menyerang Uni Soviet karena ateismenya dan menyalahkan kekalahan Arab dalam perang melawan Israel karena kurangnya kepercayaan.
Unit rahasia Inggris itu pun ikut membangkitkan sentimen anti-Semit juga. Salah satu selebaran yang pernah dibuat menghasut orang Mesir untuk menyerang Israel.
Narasinya mempertanyakan kepada mereka, mengapa mereka tidak mengarahkan pasukan mereka melawan orang-orang Yahudi?
IRD juga sama aktifnya di Afrika, di mana ia berulang kali berusaha menyampaikan citra Uni Soviet yang melihat orang Afrika tidak beradab.
Pada 1963, IRD memalsukan pernyataan Federasi Pemuda Demokrat Dunia – sebuah organisasi yang terkait dengan Uni Soviet – yang menyebut orang Afrika primitif.
Pemalsuan lainnya termasuk pernyataan di mana Soviet mencela keterbelakangan dan ketidakdewasaan politik Afrika.
Laporan itu juga menarasikan kritik Soviet atas ketidaktrampilan siswa kulit hitam Afrika yang studi di universitas Soviet.
Dokumen yang dibuka kembali pada2021 dan dilihat Guardian juga menunjukkan kampanye propaganda Inggris memiliki peran dalam pembantaian massal komunis di Indonesia pada 1960-an.