Hallock menambahkan bahwa pihak berwenang yakin tersangka tidak tinggal di daerah tersebut.
Dia mengatakan banyak pertanyaan yang belum terjawab termasuk apakah penyerang menghadiri kebaktian gereja, apakah dia dikenal oleh anggota gereja dan berapa banyak tembakan yang dilepaskan.
Penembakan itu terjadi pada jamuan makan siang sore untuk menghormati seorang mantan pendeta dari jemaat Taiwan yang memiliki kebaktian di Jenewa, menurut sebuah pernyataan dari Presbytery of Los Ranchos, sebuah badan administrasi gereja.
“Tolong pertahankan kepemimpinan jemaat Taiwan dan Jenewa dalam doa-doa Anda saat mereka merawat mereka yang trauma akibat penembakan ini,” kata Tom Cramer dari presbiteri dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Carrie Braun, juru bicara kantor sheriff, mengatakan mayoritas dari mereka yang berada di dalam gereja diyakini keturunan Taiwan.
Baca juga: Polisi Italia Cegah Serangan Hacker Pro-Rusia Selama Penyelenggaraan Kontes Eurovision
Baca juga: Diterjang Banjir, Desa di Ukraina Terbebas dari Serangan Militer Rusia
Penyelidik sedang melihat banyak faktor, termasuk apakah pertumpahan darah bisa menjadi kejahatan rasial, katanya.
Agen federal dari Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak merespons tempat kejadian.
FBI juga mengirim agen ke tempat kejadian untuk membantu sheriff.
Insiden itu terjadi di daerah dengan sekelompok rumah ibadah, termasuk gereja Katolik, Lutheran dan Metodis dan sinagoga Yahudi.
Penembakan itu terjadi sehari setelah seorang pria kulit putih berusia 18 tahun melepaskan tembakan ke sebuah supermarket di lingkungan kulit hitam di Buffalo, negara bagian New York, menewaskan 10 orang.
Laguna Woods dibangun sebagai komunitas hidup senior dan kemudian menjadi kota.
Lebih dari 80 persen penduduk di kota berpenduduk 18.000 jiwa itu setidaknya berusia 65 tahun.
Penembakan itu menyoroti penembakan massal yang telah menjadi pemandangan yang sangat akrab di seluruh AS.
(Tribunnews.com/Yurika)