Analis militer menilai pertempuran di Sievierodonetsk dan Lysychansk sebagai titik balik potensial dalam perang setelah pergeseran momentum menuju Rusia menyusul penyerahan garnisun Ukraina di Mariupol pekan lalu.
"Ukraina akan selalu menjadi negara merdeka dan tidak akan rusak. Satu-satunya pertanyaan adalah berapa harga yang harus dibayar rakyat kita untuk kebebasan mereka, dan berapa harga yang akan dibayar Rusia untuk perang tidak masuk akal melawan kita ini," kata Zelensky dalam sebuah pidato malam pada Kamis (26/5/2022).
"Peristiwa bencana yang sedang berlangsung masih bisa dihentikan jika dunia memperlakukan situasi di Ukraina seolah-olah menghadapi situasi yang sama, jika kekuatan yang ada tidak bermain-main dengan Rusia tetapi benar-benar mendesak untuk mengakhiri perang," imbuhnya, dikutip dari Reuters.
Zelensky mengeluhkan lambannya Uni Eropa (UE) untuk mencapai kesepakatan embargo minyak Rusia.
Ia mempertanyakan mengapa beberapa negara anggota blok tersebut diizinkan memblokir rencana itu.
Uni Eropa sedang membahas putaran keenam tindakan sanksi, termasuk embargo impor minyak Rusia.
Baca juga: Badan Penyakit Uni Eropa: 219 Kasus Cacar Monyet Terdeteksi di Seluruh Dunia
Baca juga: Wali Kota Severodonetsk: 1.500 Orang Tewas akibat Pertempuran Sengit Rusia dengan Ukraina
Langkah seperti itu membutuhkan kebulatan suara, tetapi Hungaria menentang gagasan itu untuk saat ini dengan alasan ekonominya akan terlalu menderita.
"Berapa minggu lagi Uni Eropa akan mencoba menyepakati paket keenam?" tanya Zelensky.
Ia mengingatkan bahwa Rusia menerima satu miliar euro per hari dari blok 27 negara tersebut dari ekspor energi.
"Tekanan pada Rusia secara harfiah adalah masalah menyelamatkan nyawa."
"Setiap hari penundaan, kelemahan, berbagai perselisihan atau proposal untuk 'menenangkan' agresor dengan mengorbankan korban hanya berarti lebih banyak orang Ukraina yang terbunuh," ujar Presiden Ukraina ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)