Mereka menyerang desa-desa dan kota-kota yang dikuasai pemerintah Suriah di sekitar Greater Idlib yang merenggut nyawa dua warga sipil.
Pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata di wilayah tersebut kemungkinan besar akan direspon pasukan Arab Suriah dan sekutunya.
Perkembangan lain, Turki telah meningkatkan serangannya di wilayah utara Irak, tempat mereka telah memerangi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) selama bertahun-tahun.
Eskalasi dimulai pada April ketika militer Turki meluncurkan operasi besar-besaran terhadap kelompok gerilya Kurdi, dengan nama kode Claw-Lock.
Turki mengatakan operasi itu dimaksudkan untuk menetralisir sel-sel PKK di wilayah Metina, Zap dan Avashin Basyan di wilayah Kurdisitan.
Namun, serangannya meluas jauh melampaui area-area ini.
Pada 17 Juli, lima orang tewas dan dua lainnya terluka ketika pesawat tak berawak Turki menargetkan sebuah kendaraan di pinggiran kota Haj Dijlah di sebelah barat kota Mosul di Provinsi Niniwe.
Para pejabat Kurdi mengatakan kendaraan itu milik PKK dan para korban adalah anggota kelompok tersebut.
Namun klaim ini dibantah PKK, yang mengatakan kendaraan itu membawa warga sipil. Belakangan diketahui para korban adalah seluruh anggota keluarga dari Mosul.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengumumkan dua anggota tentaranya tewas akibat serangan baru-baru ini oleh PKK di zona Operasi Claw-Lock.
Situasi di Irak utara mengalami eskalasi besar pada 20 Juli, ketika serangkaian serangan yang dikaitkan dengan Turki menghantam beberapa resor di distrik Zakho di provinsi Duhok di wilayah Kurdistan Irak.
Serangan itu merenggut nyawa sembilan warga sipil, termasuk seorang anak berusia satu tahun, dan melukai 23 lainnya.
Para korban adalah bagian dari kelompok 200 orang yang datang dari ibukota, Baghdad. Sebelum pemogokan, pejuang PKK dilaporkan bergerak di Zakho.
Turki menolak bertanggung jawab atas serangan mematikan itu, dan sebaliknya menyalahkan kelompok PKK.