News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Update Banjir Seoul, Ada 9 Korban Tewas, Tiga Diantaranya Terjebak Bangunan Semi-Basement

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria mengarungi mobil yang terendam di jalan saat hujan deras di distrik Gangnam Seoul pada 8 Agustus 2022. - Hingga kini, banjir di Seoul, Korea Selatan menewaskan sembilan orang dan tujuh warga masih hilang. YONHAP / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Curah hujan yang tinggi mengakibatkan banjir di Seoul, ibu kota Korea Selatan dan menewaskan sedikitnya sembilan orang.

Rumah-rumah warga, jalanan, dan stasiun kereta bawah tanah di Seoul terendam banjir.

Dilansir CNN, hujan mereda pada Rabu (10/8/2022). 

Kendati demikian, otoritas memprediksi hujan deras masih akan terjadi hingga Kamis yang berpotensi menyebabkan tanah longsor.

Dari sembilan korban jiwa, tiga orang meninggal dunia karena terperangkap di dalam bangunan semi-basement yang terendam air bah, lapor Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan.

Ada 17 korban luka dan tujuh orang masih belum ditemukan.

Baca juga: Seoul Dilanda Banjir Imbas Cuaca Terburuk Dalam 80 Tahun Terakhir, Delapan Orang Dilaporkan Tewas

Lebih dari 500 warga telah dievakuasi sejak hujan lebat mengguyur Seoul pada Senin malam.

Pemerintah menyediakan tenda, selimut, dan bantuan vital lainnya bagi para pengungsi.

Tim penyelamat, yang terdiri dari pemadam kebakaran berhasil menyelamatkan 145 orang pada Rabu (10/8/2022).

Sekitar 2.800 bangunan, termasuk rumah, toko, tembok penahan, dan infrastuktur lainnya rusak.

Menurut Kementerian Keselamatan, sebagian besar dari infrastuktur itu telah diperbaiki pada Rabu pagi ini.

Hingga Selasa malam, sebagian Seoul mengalami curah hujan hingga 497 milimeter (19,6 inci).

Pada satu titik, kota ini mencatat curah hujan 141,5 milimeter (5,6 inci) per jam, tingkat tertinggi sejak pihak berwenang mulai mencatat pada tahun 1907.

Korea Times melaporkan, hujan deras yang melanda wilayah metropolitan Seoul pada Senin dan Selasa membanjiri serta menghancurkan jalan dan stasiun kereta bawah tanah, memicu tanah longsor, hingga menyumbat sistem drainase air bawah tanah.

Banjir di Seoul, Korea Selatan, di tengah hujan lebat pada 8 Agustus 2022.  - Hingga kini, banjir di Seoul, Korea Selatan menewaskan sembilan orang dan tujuh warga masih hilang. (Channel News Asia)

Warga yang tinggal di daerah dataran rendah juga harus dievakuasi.

Ini adalah jumlah curah hujan tertinggi per-jam di wilayah Seoul dalam 80 tahun, menurut Administrasi Meteorologi Korea.

Kerusakan serius terjadi di distrik Dongjak, Seocho, dan Gangnam di Seoul selatan, di mana medannya lebih rendah daripada bagian kota lainnya.

Pada Selasa pagi, ketika hujan berhenti sebentar selama beberapa jam, banjir terkuras dan memperlihatkan kendaraan-kendaraan kosong yang berserakan di jalan dan trotoar.

Pengemudi yang terdampar oleh banjir pada hari sebelumnya harus meninggalkan mobil mereka dan mengungsi.

Beberapa kendaraan yang rusak memblokir jalur mobil dan bus pada Selasa pagi, menyebabkan kemacetan lalu lintas.

Di beberapa bagian Seoul, saluran air tersumbat mengakibatkan air mengalir kembali ke jalan-jalan dan stasiun kereta bawah tanah.

Sejumlah stasiun ditutup karena banjir, dengan jalur sementara dihentikan pada Senin malam.

Pejalan kaki berjalan melewati puing-puing di luar toko-toko di Pasar Namseong yang bersejarah di distrik Gangnam Seoul pada 9 Agustus 2022, setelah hujan yang memecahkan rekor menyebabkan banjir parah. - Hingga kini, banjir di Seoul, Korea Selatan menewaskan sembilan orang dan tujuh warga masih hilang. (Anthony WALLACE / AFP)

Baca juga: Banjir di Seoul Korea Selatan: Setidaknya 8 Orang Meninggal, Banjir Terburuk dalam 80 Tahun

Foto yang beredar juga memperlihatkan puing-puing berserakan di jalanan, sementara pemilik toko mencoba menyelamatkan barang-barang yang tersapu banjir.

Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengucapkan belasungkawa kepada para korban pada Selasa.

"Saya berdoa untuk para korban dan meminta maaf atas nama pemerintah kepada orang-orang yang menderita ketidaknyamanan," katanya.

Dia juga menunjukkan perlunya meninjau sistem manajemen bencana negara itu, karena cuaca ekstrem diperkirakan akan semakin umum karena krisis iklim.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini