Namun, terlepas dari reputasinya di Barat, di Rusia ia tidak pernah menikmati dukungan resmi dari Kremlin dan sebagian besar dianggap sebagai tokoh marjinal.
Bom Ditaruh di Bawah Mobil
Penyelidik telah berkesimpulan bahwa ledakan mobil yang menewaskan Dugina adalah karena bom yang ditaru di bawah kendaraan tersebut pada Minggu (21/8/2022).
Menurut Komite Investigasi Rusia, bahan peledak itu merobek Toyota Land Cruiser yang dikendarainya di Wilayah Moskow, dekat desa Bolshie Vyazemy, pada Sabtu malam. Dikabarkan bahwa mobil tersebut adalah milik ayahnya.
“Sudah diketahui bahwa bahan peledak itu ditanam di bawah bagian bawah mobil di sisi pengemudi. Darya Dugina, yang mengemudi, tewas akibat benturan,” kata badan tersebut, menegaskan kembali bahwa penyelidik yakin serangan itu telah direncanakan dan merupakan pekerjaan pembunuh bayaran.
Komite Investigasi mengatakan bahwa spesialisnya sekarang sedang memeriksa tempat kejadian dan kendaraan itu dipindahkan dari lokasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Penilaian ahli sedang dilakukan, termasuk forensik biologis, genetik, kimia dan bahan peledak," kata badan tersebut, menambahkan bahwa rekaman dari kamera dasbor SUV telah diambil, sementara petugas penegak hukum bekerja untuk mengidentifikasi tersangka dan kemungkinan saksi.
Sebelumnya pada Sabtu malam, Dugin, ayah korban, memberikan ceramah tentang 'Tradisi dan Sejarah' di sebuah festival keluarga di Wilayah Moskow.
Baca juga: Ukraina Menyangkal Terlibat Kematian Darya Dugina, Putri Sekutu Dekat Vladimir Putin
Dugina hadir dalam acara tersebut. Beberapa laporan mengatakan Dugin awalnya berencana untuk meninggalkan festival bersama putrinya, tetapi kemudian memutuskan untuk menggunakan mobil terpisah, sementara Darya membawa Toyota Land Cruiser Prado miliknya.
Dugin dikenal karena pandangannya yang anti-Barat dan 'neo-Eurasia'. Media Barat telah melukisnya sebagai kekuatan pendorong di balik aspek-aspek kunci dari kebijakan luar negeri Presiden Vladimir Putin.
Namun, terlepas dari reputasinya di Barat, di Rusia ia tidak pernah menikmati dukungan resmi dari Kremlin dan sebagian besar dianggap sebagai tokoh marjinal. (Russia Today)