TRIBUNNEWS.COM - Heinrich XIII Pangeran Reuss adalah salah satu keturunan terakhir dari sebuah dinasti yang pernah memerintah sebagian besar Jerman Timur sebelum tahun 1900-an.
Heinrich XIII diduga ingin menjadi pemimpin baru Jerman lewat kudeta kekerasan untuk menggulingkan demokrasi.
Dilansir Independent, pria berusia 71 tahun itu adalah salah satu dari 25 anggota dan pendukung kelompok sayap kanan yang merencanakan dugaan kudeta.
25 orang tersebut ditangkap pada Rabu (7/12/2022) pagi melalui penggerebekan nasional, menurut pihak berwenang.
Heinrich XIII, yang merupakan seorang pengembang real estat, selama bertahun-tahun menyebarkan teori bahwa kehidupan di dunia lebih baik dengan berada di bawah monarki.
Heinrich XIII berasal dari House of Reuss, yang selama berabad-abad menguasai sebagian negara bagian Thueringen saat ini hingga revolusi Jerman tahun 1918 yang mengarah pada pendirian Republik Weimar.
Baca juga: Rusia Bantah Terlibat Upaya Kudeta di Jerman: Itu Masalah Internal Jerman, Bukan Rusia
Baik House of Reuss maupun Kantor Pangeran Reuss belum berkomentar soal penangkapan Heinrich XIII.
Heinrich XIII pernah mengatakan dalam pidato tahun 2019 di World Web Forum bahwa di kerajaan Reuss, orang menjalani "kehidupan bahagia".
Sebab, menurutnya, tarif pajak hanya 10 persen dan strukturnya "terus terang dan transparan".
Heinrich XIII menggambarkan dirinya dapat menyatukan pemikiran progresif untuk memberdayakan perubahan radikal yang positif.
"Jika semuanya tidak berjalan dengan baik, kamu datang saja ke pangeran," kata Heinrich.
"Siapa yang harus kamu tuju hari ini? Anggota parlemen? Tingkat lokal? federal atau UE? Semoga beruntung!"
Baca juga: Dinas Keamanan Jerman Klaim Gagalkan Kudeta Ala Reich Jerman 1871
Dalam pidatonya, yang dibumbui dengan konspirasi anti-Semit, Heinrich XIII mengatakan bahwa Jerman telah menjadi negara bawahan sejak Perang Dunia II.
Maka Jerman perlu mendapatkan kembali kedaulatannya melalui kesepakatan damai.