Sistem multi-partai yang diadopsi di AS dan banyak negara barat telah gagal di Timur Tengah selama dekade terakhir, dan negara-negara Arab berusaha untuk belajar dari jalur pertumbuhan China.
Banyak jajak pendapat yang dilakukan di AS dan negara-negara Arab juga mengungkapkan bahwa gaya pembangunan AS dan barat kehilangan dukungan.
Pendekatan "Melihat ke Timur" pertama kali muncul di dunia Arab pada akhir abad yang lalu, tetapi intinya terus berubah karena dunia Arab lebih memperhatikan China di lebih banyak bidang.
Negara-negara Arab memiliki keinginan yang sama. untuk peremajaan nasional, dan telah belajar dari barat dengan sedikit keberhasilan.
Mengenai pertanyaan di bidang mana orang Arab berharap China akan terlibat dalam tata kelola Timur Tengah, survei tersebut menemukan 39,4 persen ingin China mendukung pembangunan berkelanjutan regional.
Sebanyak 36,6 persen responden ingin China melawan pengaruh AS, dan 26,4 persen ingin China ikut serta menengahi masalah Palestina.
Keamanan di Timur Tengah telah sangat melemah dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari mundurnya strategi AS dari wilayah tersebut dan pasca Musim Semi Arab.
Terhadap konteks ini, para pengamat mengatakan seruan China untuk membangun mekanisme keamanan bersama, komprehensif, kolaboratif, dan berkelanjutan di Timur Tengah telah memberikan pola baru untuk membantu kawasan dalam mengatasi tantangan keamanannya.
Liu Zhongming mengatakan China juga berkontribusi dalam meningkatkan lingkungan keamanan kawasan, seperti berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan perdamaian.
Ini sangat kontras dengan upaya AS untuk menggunakan kekuatan militer untuk memicu konflik di wilayah tersebut.
Masa Depan Menjanjikan
Lebih dari 71 persen responden Arab mengharapkan hubungan yang lebih dalam dengan China di masa depan, dengan 43 persen mengantisipasi perluasan kolaborasi dan 28,2 persen percaya negara-negara Arab membutuhkan bantuan dan kerja sama China dalam masalah regional dan global.
Jajak pendapat itu juga menemukan 44,5 persen responden Arab mengantisipasi kerja sama ekonomi dengan China.
AS dan Jepang diidentifikasi sebagai negara kedua dan ketiga yang ingin berkolaborasi dengan orang Arab.
Menurut Liu Zhongmin, alasan China paling populer adalah karena kerja sama ekonominya dengan negara lain tidak memiliki syarat politik, dan tidak akan menekan negara lain untuk kepentingannya sendiri.
Lebih dari 80 persen responden Tiongkok juga mengakui pentingnya negara-negara Arab bagi Tiongkok, karena mereka adalah mitra dagang yang signifikan.
Arab telah memainkan peran penting dalam membantu Tiongkok memastikan keamanan energi dan mendukung sikap Tiongkok di platform internasional.
Karena blokade AS, China telah menemukan dirinya dalam konteks internasional yang berubah, dengan negara-negara Arab memainkan peran yang lebih menonjol dalam hubungan luar negeri China.(Tribunnews.com/GlobalTimes/xna)