Namun, pada September, terlihat jelas bahwa “lemari-lemari senjata” barat mulai kosong.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyerukan lebih banyak produksi, karena banyak ahli menunjukkan bahwa persediaan Pentagon pun tidak terbatas.
Sementara itu, Rusia telah menggenjot produksi pertahanannya sendiri, terutama tank, misil, dan amunisi artileri.
Ukraina Kehabisan Stok Rudal
Media Inggris Financial Times (FT) mengungkapkan, militer Ukraina kini mulai kehabisan stok senjata untuk melawan serangan Rusia.
Kiev mulai merasakan kekurangan kemampuan anti-udara tanpa adanya restocking senjata yang memadai.
Media terkemuka itu mengutip pernyataan seorang pejabat senior Ukraina, dan beritanya dipublikasikan Selasa (13/12/2022). Situs media Russia Today turut menyitir berita FT di hari yang sama.
Ukraina terutama disebut kehabisan pasokan amunisi dan suku cadang untuk sistem pertahanan udara S-300 dan system rudal Buk era Soviet.
Kedua sistem rudal pertahanan udara itu digunakan untuk melawan serangan Rusia yang mengincar infrastruktur energi negara Ukraina.
Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Kolonel Yury Ignat, mengatakan unit pertahanan udaranya biasanya menembakkan dua rudal S-300 atau Buk saat serangan rudal Rusia datang.
Cara itu dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan pencegatan rudal. Namun, ini menimbulkan tantangan tertentu, karena Ukraina tidak mungkin mendapatkan rudal tambahan untuk sistem ini.
Rudal kedua sistem itu diproduksi di Rusia. Sementara itu, menemukan stok yang tersedia di tempat lain terbukti sulit.
Ignat melanjutkan dengan menyatakan sementara Kiev menerima sistem pertahanan udara modern dari pendukung baratnya.
Ukraina akan membutuhkan ratusan senjata semacam itu untuk menggantikan persenjataannya yang sudah tua.