Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Rusia dan Ukraina melakukan pertukaran tahanan pada Minggu (8/1/2023) dengan total 100 tentara akan kembali ke negara asalnya, menurut keterangan pihak berwenang dari kedua negara.
Sebagai hasil dari proses negosiasi, 50 tentara Rusia yang ditangkap oleh Ukraina dikembalikan ke Moskow, kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Sedangkan Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, telah mengonfirmasi pertukaran tahanan tersebut dengan mengatakan bahwa 50 tentara Ukraina yang ditangkap oleh Moskow akan kembali ke Kyiv.
Baca juga: Rusia-AS Barter Tawanan, Pebasket Grinner Ditukar Pedagang Senjata Viktor Bout
"Kami mengembalikan orang-orang yang ditangkap di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, serta para pembela Mariupol, orang-orang dari arah Donetsk, dari dekat Bakhmut, serta dari Kyiv, Chernihiv, Kherson, dan wilayah lain," kata Yermak dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari CNN.
"Ini bukan pertukaran terakhir. Tugas kita adalah mengembalikan semua orang kita dan kita akan memenuhinya," tambahnya.
Ini adalah pertukaran ke-36 antara Rusia dan Ukraina sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari 2022, dengan 1.646 orang termasuk kalangan militer dan warga sipil kembali ke Ukraina, menurut Markas Besar Koordinasi Perlakuan Tahanan Perang di Kyiv.
Pada bulan lalu, pemerintah Ukraina mengatakan telah mengamankan pembebasan seorang warga negara AS serta 64 anggota militer Ukraina dalam pertukaran tahanan dengan Rusia.
"Sebanyak 64 tentara Angkatan Bersenjata Ukraina yang bertempur di Donetsk dan Luhansk, khususnya berpartisipasi dalam pertahanan kota Bakhmut akan pulang," kata Andriy Yermak.
“Dimungkinkan juga untuk membebaskan seorang warga negara AS yang membantu rakyat kami, Suedi Murekezi," tambahnya.
Gedung Putih mengonfirmasi pembebasan seorang warga negara AS.
“Kami tentu menyambut baik kabar tersebut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan, yang dilansir dari Tribunnews.com.
"Karena alasan privasi, saya benar-benar tidak bisa menjelaskan lebih detail tentang orang ini," tambahnya.
Kantor berita TASS milik pemerintah Rusia melaporkan Murekezi ditangkap di wilayah Donetsk timur Ukraina pada Juni 2022.
Dia didakwa menghadiri protes anti-Rusia dan menghasut kebencian etnis.
Mengutip keterangan dari pengacaranya, TASS mengatakan Murekezi lahir di Rwanda dan pindah ke Amerika Serikat bersama keluarganya pada 1994.
Pengacara tersebut mengatakan Murekezi bekerja di sebuah klub malam di kota Kherson dan membantah kliennya adalah seorang pejuang.