“Pada tingkat komersial, kami telah kehilangan banyak hal. Penghancuran gudang kami merusak barang-barang simpanan kami," kata Zaarour.
Baca juga: Bantuan Kemanusiaan dari Indonesia untuk Turki dan Suriah Dikirim dalam Dua Kloter
Dia mengatakan, sebelum gempa terjadi sekitar 80 persen dari semua bahan makanan di Suriah barat laut datang melalui perbatasan Suriah-Turki. Dampak bencana alam tersebut menyebabkan menipisnya barang-barang kebutuhan pokok di pasar, dan mendorong kenaikan tajam harga alternatif.
Menurut direktur media dan hubungan masyarakat di perlintasan perbatasan Bab al-Hawa, Mazen Alloush, tidak ada barang dagangan atau bantuan yang memasuki Suriah barat laut melalui perlintasan itu selama seminggu setelah gempa bumi melanda Turki dan Suriah.
“Selama minggu ini, kami mengalami kekurangan barang tertentu di pasar, terutama sayuran, buah, dan bahan bakar,” kata Alloush.
Saat perbatasan tersebut diperkirakan tetap tutup untuk truk komersial, beberapa orang bergegas menimbun kebutuhan pokok dan menaikkan harganya. Hal ini mendorong administrasi perbatasan untuk mendorong dimulainya kembali transportasi komersial, ungkap Alloush.
“Pada tahun 2022, sekitar 75.000 truk komersial memasuki Suriah utara melalui penyeberangan Bab al-Hawa, selain jumlah yang sama dari truk ekspor yang pergi ke Turki,” ujar Alloush.
Efek Melemahkan
Menurut seorang ekonom di kota Idlib Suriah, Hayan Hababa, bencana alam dapat melemahkan sektor ekonomi suatu negara.
“Bagi perusahaan dan pabrik, bencana ini menghancurkan aset tetap dan berwujud seperti real estat dan mesin, selain sumber daya manusia. Ini mengarah pada penurunan kapasitas produktif fasilitas ini,” kata Hababa.
“Efek ini bisa berakibat fatal bagi beberapa perusahaan, yang menyebabkan penutupan mereka,” tambahnya.