TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri China, Qin Gang tidak mengerti mengapa Amerika Serikat (AS) menuntut China untuk tidak memasok senjata ke Rusia.
Di sisi lain, AS sendiri memasok senjata ke Taiwan dan Ukraina.
Hal ini ia sampaikan saat konferensi pers tahunan di sela-sela Kongres Rakyat Nasional (parlemen) pada Selasa (7/3/2023), dikutip dari TASS.
Ia menilai, AS terlalu ikut campur masalah rakyat China dengan memasok senjata ke Taiwan.
"Orang-orang China mengajukan pertanyaan yang masuk akal. Mengapa AS berteriak-teriak tentang menghormati kedaulatan dan integritas teritorial ketika membicarakan Ukraina, tapi lupa untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial China ketika datang ke Taiwan dan China?" katanya.
Qin Gang juga heran, mengapa AS melarang China memasok senjata ke Rusia, padahal AS juga melakukan hal sama di Taiwan dan Ukraina.
Baca juga: Menlu China: Menekan Negara Kami Tidak akan Membuat Amerika Hebat
"Mengapa di satu pihak tangan mereka meminta China untuk tidak memasok senjata ke Rusia, tetapi untuk waktu yang lama mereka telah menjual senjata ke Taiwan yang melanggar konsensus 17 Agustus (1982)?" lanjutnya.
Menurutnya, tidak masuk akal bagi pejabat AS untuk menyela masalah Taiwan, karena itu adalah masalah internal rakyat China.
"Tidak ada negara lain yang berhak ikut campur di dalamnya," katanya.
Menteri Luar Negeri China itu berpendapat, AS seharusnya menghormati kedaulatan dan integritas wilayah China atas isu Taiwan yang menjadi dasar konflik China dan AS.
Baca juga: Kanselir Jerman Olaf Scholz Peringatkan Konsekuensi Jika China Pasok Senjata ke Rusia
Hubungan China dan Rusia
Terkait hubungannya dengan Rusia, Qin Gang mengatakan China tidak menciptakan krisis dan bukan pihak dalam krisis itu.
China juga menegaskan tidak memasok senjata kepada Rusia mau pun Ukraina.
Meski demikian, Qin Gang mengatakan hubungan China dan Rusia sangat penting.
"Semakin tidak stabil dunia, semakin penting bagi China dan Rusia untuk terus memajukan hubungan mereka," kata Qin Gang, dikutip dari CNN Internasional.
Ia menegaskan, hubungan Rusia dan China tidak berdasarkan pada aliansi, konfrontasi, dan tidak ditargetkan pada pihak ketiga mana pun.
"Hubungan Rusia dan China bukan ancaman bagi negara mana pun," tambahnya.
Baca juga: Ukraina Identifikasi Tentaranya yang Dieksekusi Pasukan Rusia, Sempat Hilang di Bakhmut
Pihak China menolak menyebut Rusia sebagai agresor, namun China mendukung pembicaraan damai.
Menurutnya, proses pembicaraan damai harus dimulai sesegera mungkin untuk menyelesaikan konflik di Ukraina.
China juga menyindir, sanksi dan tekanan pada berbagai pihak atas konflik ini tidak akan menyelesaikan masalah.
"Krisis Ukraina telah mencapai titik kritis," katanya.
"Entah permusuhan berhenti dan perdamaian dipulihkan dan proses penyelesaian politik dimulai," lanjutnya.
Ia juga menyebutkan opsi lainnya yaitu memasok lebih banyak 'bahan bakar' sehingga api dan krisis semakin meluas dan lepas kendali.
Sebelumnya, intelijen AS mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk mengirim senjata mematikan ke Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pekan lalu memperingatkan bahwa mempersenjatai pasukan Moskow akan menyebabkan masalah serius bagi China di seluruh dunia.
Namun, tuduhan ini dibantah oleh China.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina