Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Parlemen Turki menyetujui tawaran Finlandia yang ingin bergabung dengan NATO pada minggu lalu, mengutip 'langkah otentik dan konkret' negara itu untuk menghilangkan masalah keamanan Turki.
Namun, salah satu media Turki khawatir, bergabungnya Finlandia sebagai anggota membuktikan bahwa blok tersebut diarahkan melawan Turki, sama seperti melawan Rusia.
Baca juga: Finlandia Resmi Jadi Anggota NATO, Bagaimana dengan Swedia?
Finlandia secara resmi bergabung dengan NATO pada Selasa lalu, menjadi negara ke-31 yang bergabung dengan aliansi tersebut, dengan aksesinya merupakan gelombang ekspansi ke-9 blok militer Barat sejak pembentukannya pada 1949.
Rusia, yang berbagi perbatasan lebih dari 1.300 km dengan tetangga Nordiknya, memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil 'tindakan balasan' yang diperlukan untuk memastikan keamanan taktis dan strategisnya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (6/4/2023), Kementerian Pertahanan Turki menggunakan kesempatan yang bertepatan dengan peringatan 74 tahun berdirinya NATO, memposting cuitan ucapan selamat.
"Kami telah menjadi anggota NATO yang terhormat sejak 1952. Selamat ulang tahun ke-74. Bersama-sama kita lebih kuat," cuit kementerian itu menambahkan tagar #WeAreNATO.
Baca juga: Resmi! Finlandia Jadi Anggota ke-31 NATO
"Namun perayaan itu mungkin terlalu dini. Meskipun perluasan NATO telah dilihat sebagai kebijakan untuk menahan Rusia, sekarang jelas bahwa Turki juga dikepung. Di masa lalu, (kekuatan) Atlantik berusaha membangun hegemoni global dengan mengepung benua Eurasia di darat, sesuai dengan teori Rimland Spykman, oleh karena itu termasuk negara-negara seperti Turki, Iran, Afghanistan dan China dalam poros geopolitiknya," kata surat kabar Turki Aydinlik.
Media yang berafiliasi dengan sebuah partai Kemalis kiri di Turki, Vatan Partisi itu pun menulis dalam sebuah analisis yang diterbitkan pada Selasa lalu.
Sejak 1970-an, situasi geopolitik mulai bergeser.
"Di antara negara-negara tepercaya, Iran lolos dari kendali Amerika pada 1979, China setelah 1990, Turki pada 15 Juli 2016 (hari percobaan kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan) dan Afghanistan pada 2021, menjadi negara target," kata media tersebut.
Baca juga: Parlemen Turki Setujui Finlandia Gabung NATO, Rusia Sempat Beri Peringatan
Oleh karena itu, poros geopolitik dipatahkan, dan bergeser ke Yunani, Siprus selatan dan Israel.
"Jadi, Turki terputus dari (poros) Atlantik, dan didorong ke Heartland, dan sekarang dikepung dari Alexandropoulos hingga Kreta, dan dari sana ke Mediterania timur dan Suriah utara," tegas media tersebut.