"(Tetapi) jika tidak ada amunisi, maka kami akan meninggalkan posisi kami dan menjadi orang yang bertanya, siapa sebenarnya yang mengkhianati ibu pertiwi?"
"Rupanya, yang (mengkhianati) adalah orang yang menandatangani (perintah untuk memasok sedikit amunisi)," katanya.
Baca juga: Senjata Rusia Tangkal Serangan Musim Semi Bikin Ukraina Panas Dingin, Ini yang Dilakukan Zelensky
Terlepas dari kemarahannya terhadap para pemimpin militer Rusia, Prigozhin tidak pernah secara langsung mengkritik Vladimir Putin.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan Moskow telah gagal merebut Bakhmut.
Moskow menganggap merebut Bakhmut sebagai batu loncatan untuk merebut kota-kota lain di timur industri Ukraina.
Pembicaraan Damai Tidak Memungkinkan
Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan kepada El Pais bahwa baik Kiev maupun Moskow yakin mereka dapat mengamankan kemenangan militer.
Karena hal itulah, kata Guterres, ada sedikit kemungkinan untuk Ukraina dan Rusia duduk di meja perundingan dalam waktu dekat.
Baca juga: Zelensky Ubah Hari Kemenangan di Ukraina Jadi 8 Mei, Rusia Sebut Kyiv Khianati Leluhur
"Sayangnya, saya percaya bahwa negosiasi perdamaian tidak mungkin dilakukan saat ini," kata Guterres, dikutip dari RT.
Guterres menjelaskan bahwa Rusia tampaknya tidak ingin untuk menarik diri dari wilayah yang telah didudukinya.
Sementara Ukraina, lanjut Guterres, berharap untuk merebut kembali wilayah yang telah diambil.
Guterres menambahkan, PBB tetap melakukan semua yang bisa dilakukan untuk membuat Kiev dan Moskow bernegosiasi.
Dia mengutip kesepakatan biji-bijian sebagai "inisiatif paling penting" sejauh ini.
Menurut Guterres, perwakilan tingkat tinggi sedang bekerja untuk mengatur pertemuan pihak-pihak yang terlibat di Istanbul untuk memperpanjang kesepakatan.
Pejabat tersebut mengakui bahwa keberatan Moskow dapat dibenarkan, menambahkan bahwa sementara ekspor makanan dan pupuk dari negara tersebut tidak dikenai sanksi.
(Tribunnews.com/Whiesa)