Tetapi perang telah mengancam upaya China untuk mendorong perpecahan antara Eropa dan AS, menurut penasihat senior pemerintah China.
Serangan nuklir Rusia di Ukraina atau salah satu sekutu Eropanya akan berisiko membuat kedua benua itu sama-sama melawan China, kata penasihat itu.
Baca juga: Presiden Ukraina Sebut Vladimir Putin Berencana Melepaskan Radiasi Nuklir di Zaporizhzhia
Shi Yinhong, profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing, mengatakan bahwa Rusia tidak pernah dan tidak akan pernah mendapat persetujuan China untuk menggunakan senjata nuklir.
"Jika Rusia menggunakan senjata nuklir melawan Ukraina, China akan semakin menjauhkan diri dari Rusia," tambahnya.
Peringatan Xi Jinping menunjukkan, bahwa China tetap khawatir tentang perang meskipun ada jaminan dari Putin pada Oktober lalu bahwa serangan nuklir taktis tidak akan menjadi pilihan baik secara politik atau militer.
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran di barat bahwa Rusia mungkin menggunakan senjata nuklir taktis, sebagai tanggapan atas kemundurannya di Ukraina.
AS, Inggris, dan Prancis, tiga kekuatan nuklir NATO, mengatakan kepada Kremlin bahwa mereka akan menyerang pasukannya dengan senjata konvensional jika menggunakan senjata nuklir taktis.
Setelah peringatan tersebut, Putin tidak lagi menyebutkan senjata nuklir taktis secara terbuka selama beberapa bulan.
Orang-orang yang dekat dengan Kremlin mengatakan, pemimpin Rusia secara independen memutuskan bahwa senjata nuklir taktis tidak akan memberi Rusia keuntungan setelah memproyeksikan skenario hasil penggunaannya.
Serangan nuklir kemungkinan besar akan mengubah wilayah yang diklaim Putin untuk Rusia menjadi gurun yang terkena radiasi dan tidak banyak membantu pasukannya maju, kata orang-orang.
Sementara itu, Ukraina menyatakan keprihatinannya bahwa Rusia malah dapat menyebabkan kecelakaan di pembangkit nuklir Zaporizhzhia, PLTN terbesar di Eropa, yang telah diduduki pasukan Rusia sejak Maret 2022.
Putin menyebutkan senjata nuklir lagi bulan lalu ketika serangan balasan Ukraina dimulai, dengan mengatakan Rusia telah mengirimkan hulu ledak taktis ke Belarusia.
Namun Putin dengan cepat menambahkan, bahwa "tidak perlu" melakukan ini karena pasukan Rusia dapat menahan gerak maju Ukraina.
Tetapi pernyataan itu menunjukkan, bahwa bahkan China mungkin tidak dapat sepenuhnya menghalangi Putin, kata Alexander Gabuev, direktur Carnegie Russia Eurasia Center.
“Senjata nuklir adalah jaminan utama yang dimiliki Putin agar tidak kalah dalam perang ini secara serempak," ujarnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)