Dia adalah salah satu pemimpin Grup Wagner di Suriah.
Uni Eropa memasukkan namanya ke dalam daftar sanksi pada bulan Desember 2021.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada hari Jumat mengatakan kepada wartawan bahwa Andrey Troshev sekarang "bekerja di Kementerian Pertahanan."
Putin sudah lama mengidamkan nama Andrey Troshev untuk menjadi pemimpin baru Wagner Group setelah pada Juni lalu, Prigzohin secara terbuka menantang komando tinggi militer Rusia dengan memimpin pemberontakan singkat bersama para pejuangnya.
Pemberontakan Prigozhin itu lantaran menolak seruan dan perintah Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu agar “detasemen sukarelawan” menandatangani kontrak dengan militer.
Prigozhin saat itu akhirnya menghentikan pemberontakan setelah mencapai kesepakatan dengan Kremlin melalui mediasi dari Belarusia.
Hal yang menarik, kudeta militer, sesuatu yang bisa berakibat hukuman sangat fatal, tidak membuat Progozhin mendapat sanksi atau bahkan tuntutan pidana.
Namun, panglima militer swasta itu tewas bersama sembilan orang lainnya ketika sebuah pesawat yang terbang dari Moskow ke Saint Petersburg jatuh pada 23 Agustus.
Pensiunan Kolonel Veteran Perang Suriah
CNN melansir, merujuk pada dokumen sanksi yang dirilis Uni Eropa (UE), Andrey Troshev merupakan pensiunan kolonel Rusia, anggota pendiri sekaligus direktur eksekutif Wagner Group.
Pentolan Wagner ini sebelumnya menjabat sebagai kepala staf kelompok untuk operasi di Suriah mulai Desember 2021.
"Dia terutama terlibat di wilayah Deir ez-Zor," demikian menurut dokumen sanksi UE, seperti dikutip CNN, Sabtu.
Deir ez-Zor berada di timur Suriah, lokasi para tentara Wagner berhadapan langsung dengan militer AS selama perang saudara di negara itu.
"Dengan demikian, dia memberikan kontribusi penting untuk upaya perang (Presiden Suriah) Bashar al-Assad dan karena itu mendukung dan mendapat manfaat dari rezim Suriah," lanjut dokumen tersebut.
Dokumen sanksi Inggris juga menyebut Troshev sebagai kepala eksekutif kelompok militer swasta yang "telah menekan penduduk sipil di Suriah".