TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Militer Rusia lagi-lagi membuat aksi yang mempermalukan Amerika Serikat dan sekutunya yang ikut cawe-cawe di konflik Rusia dan Ukraina.
Terbaru, drone Lancet Rusia sukses menghajar kendaraan lapis baja Maxx Pro yang dipasok Amerika Serikat untuk membantu Ukraina.
Sebuah rekaman video pendek yang dipublikasikan secara online hari Rabu, 4 Oktober 2023 oleh saluran Telegram Rusia menunjukkan drone Lancet Rusia mengajar kendaraan lapis baja Maxx Pro buatan AS.
Rusia mengklaim kendaraan MAXX Pro Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP) tersebut hancur oleh hantaman drone yang menabraknya dari atas.
Rekaman tersebut memperlihatkan MAXX Pro dalam posisi diam di tepi barisan pohon dekat jalan tanah. Bagian pertama dari video tersebut diduga diambil langsung dari drone yang mendekati sasarannya.
Rangkanya kemudian berubah dan kendaraan udara tak berawak (UAV) terlihat menabrak kendaraan tersebut dalam hantaman langsung. Setelah ledakan, MAXX Pro kemudian menghilang dalam kepulan asap yang besar setelahnya.
Sebuah laporan media Rusia yang diterbitkan pekan lalu menyatakan, serangan itu terjadi pada akhir September, diduga di Wilayah Zaporozhye. Namun Kementerian Pertahanan Rusia belum memberikan komentar resmi mengenai masalah ini.
Postingan Telegram mengklaim bahwa drone Lancets-lah yang digunakan dalam serangan tersebut. Pada pertengahan September, Financial Times menggambarkan UAV ini, yang mampu melacak target mereka secara mandiri, sebagai “ancaman khusus” bagi pasukan Ukraina.
Baca juga: Polisi Ceko Tangkap Pengungsi Ukraina karena Masukkan Petasan ke Kelamin Istrinya
Financial Times menyatakan, drone Lancet membuat militer Rusia dalam konflik dengan Ukraina karena Ukraina tidak memiliki pesawat tanpa awak alias drone dengan spesifikasi serupa.
Pasukan Rusia secara teratur menerbitkan video peralatan militer Barat yang dipasok ke Kiev yang kemudian dihancurkan oleh drone mereka, termasuk Lancets.
Pada akhir September, beberapa potongan video serupa dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia yang menunjukkan penghancuran dua tank Leopard buatan Jerman dan varian lapis baja Swedia. Semua tank dilaporkan terkena Lancets.
Baca juga: Korut Suka Pamer Senjata Nuklir, Korsel Menggertak Balik: Rezim Kim Jong Un Akan Terjungkal
AS dan sekutunya sudah memasok ratusan senjata berat ke Ukraina menjelang serangan balasan yang banyak digembar-gemborkan. Namun, Ukraina mayoritas malah gagal merebut wilayah mana pun sejak awal Juni ketika operasi tersebut mereka jalankan.
Pasukan Ukraina juga menderita kerugian besar baik personel maupun peralatan selama serangan balasan.
Kementerian Pertahanan Rusia memperkirakan Ukraina telah kehilangan lebih dari 83.000 tentara dan 10.300 alat berat selama konflik Rusia-Ukraina berlangsung sejak 27 Februari 2023 lalu.