News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Profil Craig Mokhiber, Direktur HAM PBB yang Mundur, Kecewa PBB Tak Bisa Tangani Pembantaian di Gaza

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Kantor Komisaris Tinggi HAM di New York, Craig Mokhiber. Mokhiber mundur karena kecewa PBB tak bisa hentikan pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza. Serukan negara Israel diakhiri.

Diketahui, menurut akun LinkedIn-nya, Mokhiber merupakan lulusan Buffalo State University jurusan ilmu politik dan pemerintahan.

Ia juga pernah menempuh studi di University at Buffalo School of Law jurusan hukum.

Tulis Surat untuk Komisaris Tinggi PBB di Jenewa

Craig Mokhiber, pejabat tinggi HAM PBB (OHCHR) yang mengundurkan diri sebagai protes tentang genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza. (Twitter Craig Mokhiber @CraigMokhiber)

Baca juga: Direktur HAM PBB Mundur Usai Akui Gagal Cegah Genosida di Gaza oleh Israel

Pada Sabtu (28/10/2023), Craig Mokhiber menulis surat pengunduran diri yang ditujukan kepada Komisaris Tinggi PBB di Jenewa, Volker Truk.

Dalam surat itu, ia mengatakan, "Ini akan menjadi komunikasi terakhir saya kepada Anda" dalam perannya sebagai Direktur Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM di New York, AS.

Dikutip dari The Guardian, Mokhiber yang mundur setelah mencapai usia pensiun, menulis, "Sekali lagi, kita melihat genosida terjadi di depan mata kita dan organisasi tempat kita bekerja tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya."

Ia mengatakan PBB telah gagal mencegah genosida sebelumnya terhadap Tutsi di Rwanda, Muslim di Bosnia, Yazidi di Kurdistan Irak, hingga Rohingya di Myanmar.

Di suratnya kepada Truk itu, Mokhiber juga menulis, "Komisaris Tinggi kami gagal lagi."

"Pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini, yang berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis, merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade."

Ia juga mengatakan AS, Inggris, dan sebagian besar negara di Eropa tidak hanya "menolak untuk memenuhi kewajiban perjanjian mereka" berdasarkan Konvensi Jenewa, "tetapi juga mempersenjatai serangan Israel dan memberikan perlindungan politik dan diplomatik terhadap konflik tersebut."

Surat pengunduran diri Mokhiber itu tidak menyebutkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Mokhiber hanya bicara soal serangan Israel dan menyerukan agar negara Israel diakhiri secara efektif.

"Kita harus mendukung pembentukan negara sekuler yang demokratis dan tunggal di wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi," ujar dia.

"Dan oleh karena itu, penghapusan kelompok-kelompok yang sangat rasis, pemukim - proyek kolonial dan mengakhiri apartheid di seluruh negeri," imbuh dia.

Jumlah Korban Tewas

Warga Palestina memeriksa kerusakan setelah serangan Israel semalaman di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 22 Oktober 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina. (KATA KHATIB/AFP)

Memasuki hari ke-25 serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza, jumlah korban tewas di wilayah kantong tersebut mencapai lebih dari 8.000 orang.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini