Kejadian ini menjelaskan keberadaan Makam Perang Dunia I di Gaza, satu dari banyak situs bersejarah yang menceritakan kisah yang jauh lebih besar daripada sekadar perang Israel dan tujuan Tel Aviv untuk menghancurkan Hamas.
"Bahkan demografi Shejaiya berakar pada kisah invasi, keberanian, dan kekalahan telak para penakluk. Nama Shejaiya sendiri diambil dari nama seorang pejuang Kurdi, dan salah satu lingkungannya, Turkman, diambil dari nama suku Turkman, yang bergabung dengan Salah ad-Din al-Ayyubi – Saladin, dalam upayanya untuk membebaskan Palestina dari Tentara Salib dan sisa-sisa mereka," kata Baroud.
Di Shejaiya ini, tentara yang berjaya bersorak atas kemenangan mereka.
"Para pemimpin mereka yang bangga (atas kemenangan) menaiki kuda Arab mereka di Tell Al-Muntar, memandangi Kota Gaza dan sekitarnya," tulis Baroud.
Selain itu, di Shejaiya, umat Islam, Yahudi, dan Kristen pernah hidup berdampingan. Penjajah datang dan pergi, dan selanjutnya, demografi berubah.
"Saat ini wilayah tersebut menjadi rumah bagi hampir 100.000 warga Palestina, yang hidup di bawah pengepungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan, pada tanggal 7 Oktober, mengalami upaya pemusnahan paling serius yang pernah dilakukan oleh tentara penyerang," katanya.
Rahasia Shejaiya
Satu di antara kunci kekuatan Shejaiya saat ini adalah Brigade Shejaiya.
Brigade Shejaiya merupakan satu di antara unit di Brigade Al-Qassam, salah satu kelompok Perlawanan Palestina yang paling terlatih dan siap.
Seperti Brigade Al-Shati dan Brigade Jabaliya, Brigade Shejaiya sebagian besar terdiri dari pasukan Nukhba, unit elit Al-Qassam.
"Hal ini menjelaskan banyak tentang pertempuran sengit yang terjadi di lingkungan tersebut," kata Baroud.
Penjelasan lain adalah, Shejaiya adalah area paling menderita saat terjadi pemberontakan dan perlawanan terhadap aksi pendudukan sebelumnya, terutama selama Intifada Pertama tahun 1987.
"Ini yang memperkuat budaya perlawanan di antara penduduknya," ujar Baroud menjelaskan persistensi warga Shejaiya melawan aksi pendudukan.
Pada akhir ulasannya, Dr Ramzy Baroud menulis kesimpulan kalau Shejaiya dengan segala sejarah panjang perlawanannya, makin berkobar karena justru aksi pendudukan Israel di Gaza.
Berikut tulisan Baroud dipenutup ulasannya tersebut:
"Cerita ini lebih dari sekedar genosida yang sedang berlangsung di Gaza dan kebrutalan tentara Israel.
Kisah Shejaiya adalah kisah yang berakar pada sejarah, menghubungkan masyarakat di seluruh wilayah tersebut – Arab, Kurdi, Turkmenistan, Muslim, Kristen, dan Yahudi – sehingga menonjolkan pentingnya sejarah dalam cara masyarakat Palestina, secara kolektif, memandang diri mereka sendiri dan Perlawanan mereka yang gagah berani.
Ketika Israel mengklaim bahwa satu-satunya ‘solusi’ terhadap Gaza adalah dengan menggusur warga Palestina, mereka tampaknya tidak memiliki banyak pengetahuan tentang sejarah tersebut.
Jika mereka mengetahui bahwa para pejuang muda Shejaiya itu adalah keturunan dari pasukan besar yang telah mengalahkan Tentara Salib, melawan Perancis dan Inggris, mereka akan terdiam lama sebelum berpikir bahwa Shejaiya akan jatuh dalam sehari, seminggu, atau seribu tahun."
(oln/PC/*)