TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengomentari ancaman Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan membunuh para pemimpin perlawanan, termasuk petinggi Hamas.
Menurut Hamas, ancaman itu hanyalah cara Yoav Gallant untuk memamerkan khayalannya.
"Ancaman (Yoav) Gallant bahwa tentaranya hampir membunuh para pemimpin perlawanan di Gaza, adalah ancaman kosong, yang ia gunakan untuk memasarkan prestasi khayalannya,” kata Hamas dalam pernyataan di Telegram, Sabtu (23/12/2023).
Hamas mengatakan ancaman Menhan Israel itu hanyalah ekspresi kegagalan di medan perang.
“Ancaman-ancaman ini merupakan ekspresi dari kegagalannya (Gallant) dalam mencapai tujuan agresinya terhadap Gaza selain pembunuhan warga sipil dan penghancuran fasilitas sipil,” lanjutnya.
Baca juga: AS Veto Rusia soal Gencatan Senjata di Gaza, DK PBB Hanya Setujui Bantuan, Hamas: Itu Tak Cukup
Israel Ancam akan Bunuh Yahya Sinwar
Sebelumnya, radio resmi Israel baru-baru ini menerbitkan pernyataan Yoav Gallant di halaman Facebook-nya.
Media itu mengutip perkataan Yoav Gallant setelah evaluasi harian dengan para pejabat senior pertahanan.
“Yahya Sinwar sekarang mendengar traktor (kendaraan militer) tentara Israel di atasnya, juga mendengar bom Angkatan Udara dan operasi tentara Israel. Dia juga akan segera menghadapi laras senapan kami,” kata Yoav Gallant, Jumat (22/12/2023).
Perkataan Menhan Israel itu merujuk pada klaim Israel sebelumnya yang mengatakan Yahya Sinwar bersembunyi di terowongan bawah tanah di Gaza.
Yoav Gallant juga mengklaim operasi darat Israel di Jalur Gaza utara mencapai kesuksesan, meski pada Kamis (21/12/2023) Brigade Golani andalan Israel mulai ditarik dari sana untuk reorganisasi barisan menurut laporan Channel 13 Israel.
“Di Jalur Gaza utara, operasi ini secara bertahap mencapai tujuan yang kami tetapkan (yaitu) membongkar brigade Hamas dan menghilangkan kemampuan bawah tanah. Kami juga bekerja di wilayah Khan Yunis dan Jalur Gaza selatan, dan di tempat lain kami akan bekerja di masa depan," lanjutnya.
Sebelumnya pada Rabu (20/12/2023), tentara Israel mengklaim telah menemukan jaringan terowongan di Kota Gaza dan mengatakan pejabat senior Hamas menggunakannya untuk mengeluarkan perintah, arahan, dan pergerakan sehari-hari.
Media Ibrani menyebutkan pemimpin gerakan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, menghindari pasukan Israel dan lolos dari penangkapan sebanyak dua kali pada saat-saat terakhir.
Baca juga: Serangan Israel di Gaza Termasuk Paling Mematikan dalam Sejarah: Setara Pemboman Sekutu ke Jerman
Hamas: Israel Pamer Prestasi Palsu
Dalam arahannya terhadap IDF dan petinggi militer, Yoav Gallant juga memuji para tentara yang selama ini berperang di Jalur Gaza.
"Tentara (Israel) melakukan tugasnya dengan sangat baik dan bertempur dengan gagah berani, berkorban dan berdedikasi besar," kata Yoav Gallant memuji tentaranya, Jumat (22/12/2023).
"Kami merangkul para prajurit dan memberi hormat atas tekad besar mereka," lanjutnya.
Mengulangi tujuannya, Yoav Gallant menegaskan bahwa penyelamatan sandera adalah hal utama.
"Kami akan memperdalam aktivitas kami dan menyelesaikan semua tujuan kami. Yang paling penting adalah penghapusan Hamas dan kembalinya sandera yang diculik ke Israel," katanya.
Ia mengatakan tujuannya memusnahkan Hamas akan membutuhkan waktu yang lama.
"Proses ini akan sangat panjang dan membutuhkan kesabaran tapi kami akan menyelesaikannya," katanya, dikutip dari Channel 13 Israel.
Baca juga: Serangan Israel Semakin Masif, IDF Perintahkan Warga Gaza Tengah untuk Evakuasi ke Selatan
Hamas Palestina vs Israel
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Sementara itu pembalasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (23/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Al Jazeera.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel