TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengumumkan keadaan perang terhadap geng narkoba pada hari Rabu (10/1/2024).
Ini terjadi karena selama 3 hari kekerasan meningkat di negara tersebut.
Mulai dari geng narkoba yang menyandera lebih dari 130 penjaga penjara dan sempat menangkap sebuah satsiun TV selama siaran langsung.
"Kami sedang berperang. Kami tidak bisa menyerah kepada para teroris ini. Kami melakukan apa yang diperlukan untuk menghilangkan ketidakamanan," kata Noboa saat wawancara dengan stasiun radio lokal Radio Canela, dikutip dari Anadolu Agency.
Menurutnya, penyerangan yang dilakukan geng-geng tersebut tidak akan dapat menghancurkan pemerintahan.
"Geng-geng ini berpikir bahwa mereka akan menghancurkan presiden dengan menyerbu siaran televisi dan menyandera pasukan keamanan, namun mereka tidak akan berhasil," jelasnya.
Peningkatan kekerasan dimulai setelah Noboa mengumumkan keadaan darurat menyusul kaburnya bos narkotika paling berkuasa di Ekuador, pemimpin geng Los Choneros, Adolfo Macias, pada akhir pekan.
Kemudian orang-orang bersenjata menyerbu dan melepaskan tembakan ke sebuah studio TV, dikutip dari Al Jazeera.
Mereka juga mengancam akan mengeksekusi warga sipil dan pasukan keamanan.
Oleh karena itu, Noboa mengumumkan keadaan 'konflik bersenjata internal' dan menyatakan 22 kelompok kriminal aktif di negara tersebut sebagai organisasi teroris.
Melalui keputusan presiden, ia mengerahkan pasukan untuk memerangi geng kriminal yang meneror penduduk.
Baca juga: 10 Orang Tewas dan 3 Terluka di Ekuador setelah Geng Bersenjata Mengamuk
"Semua kelompok teroris ini adalah sasaran militer, dan jika Anda ingin melawan berani dan berperang melawan militer secara langsung," katanya.
Menurut badan penjara SNAI, kerusuhan telah meletus di beberapa penjara di mana 125 penjaga dan 14 staf administrasi disandera.
Sebelas orang dibebaskan pada hari Selaa.