Menurut sumber itu, serangan drone tersebut membuat pengatur lalu lintas udara menghentikan kedatangan dan keberangkatan penerbangan di Erbil.
Sementara itu, media jaringan Arab, Sky News Channel, mengatakan target serangan di Bandara Internasional Erbil adalah pangkatan militer AS yang terletak di bandara tersebut.
Beberapa sumber tidak resmi juga mengatakan sejumlah fasilitas milik rezim Zionis di Erbil turut menjadi sasaran.
Diketahui, Garda Revolusi Iran (IRGC) meluncurkan rudal balistik ke tempat yang diklaim sebagai "markas mata-mata" Israel, Mossad, di Kurdistan, pada Selasa.
IRGC juga dilaporkan menyerang sasaran yang diduga terkait kelompok bersenjata ISIS, ISIL, di Suriah utara.
Menurut dewan keamanan regional Irak, empat orang tewas dan enam lainnya terluka dalam serangan itu.
"Rudal balistik digunakan untuk menghancurkan pusat spionase (mata-mata) dan pertemuan kelompok teroris anti-Iran di wilayah tersebut (Irak)," kata IRGC, menurut media pemerintah, dikutip dari AlJazeera.
Baca juga: Rishi Sunak Dikecam, Inggris Mengaku Tidak Tertarik Terlibat Konflik Berkepanjangan dengan Yaman
Pemerintah Irak mengutuk serangan Iran karena menurut mereka, agres itu menyebabkan korban sipil di daerah pemukiman.
Mereka juga menyebut serangan Iran sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan keamanan rakyatnya, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri.
Sementara itu, IRGC mengklaim mereka telah menargetkan markas besar Mossad di Erbil.
“Sebagai tanggapan atas kekejaman rezim Zionis baru-baru ini, yang menyebabkan terbunuhnya komandan IRGC dan Poros Perlawanan, salah satu markas utama spionase Mossad di wilayah Kurdistan Irak dihancurkan dengan rudal balistik,” kata pernyataan IRGC.
“Kami menjamin negara kami bahwa operasi ofensif IRGC akan terus berlanjut sampai titik darah terakhir para martir terbalaskan,” sambungnya.
AS Kutuk Serangan Iran
Menanggapi serangan Iran terhadap Kurdistan, Departemen Luar Negeri AS mengutuknya.
Mereka mengatakan serangan AS tersebut sebagai hal yang "sembrono".