Menurut kesaksian keluarga tersebut kepada Al Jazeera, saat Nahedh mengambil beberapa langkah keluar dari pintu, dia tertembak di kakinya dan jatuh ke tanah.
Sang ayah langsung memanggilnya dari dalam pintu rumah, membujuk anak kecilnya itu untuk bangun dan mencoba masuk kembali ke dalam rumah.
Ketika Nahedh bangkit untuk mencoba kembali ke dalam rumah, dia ditembak dua kali lagi, di punggung dan di kepala.
Kakaknya, Ahmed, 18 tahun, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penembakan itu datang dari arah al-Katiba sekitar 400 meter jauhnya.
Agen verifikasi AlJazeera, Sanad, dapat mengkonfirmasi aktivitas militer Israel pada hari tersebut.
Melihat apa yang terjadi pada adik laki-lakinya, Ramez (20) berlari keluar rumah untuk mencoba menariknya keluar dari bahaya.
Tetapi ia tertembak tepat di jantungnya dan menimpa saudaranya, bendera putih, dan sebagainya.
“Saya terus berharap mereka masih hidup, masih ada nafas di dalam mereka,” kata Islam sang ibu.
“Saya tidak dapat memikirkan hal lain selain ‘Saya ingin anak-anak saya, saya ingin anak-anak saya'."
“Saya tidak yakin bagaimana saya bisa tetap berada di dalam rumah, tapi yang saya ingat hanyalah berteriak dari jendela kepada siapa pun yang saya lihat di seberang jalan, meminta mereka membantu, melakukan apa saja," ungkapnya.
Keluarga tersebut tidak dapat mendekati jenazah Nahedh dan Ramez dan akhirnya harus meninggalkan lingkungan tersebut tanpa mengetahui apa yang terjadi pada mereka.
Baca juga: Tolak Putusan Mahkamah Internasional Terhadap Israel, Hakim Uganda Tidak Diakui Negaranya Sendiri
“Mereka ada di sana, di jalan, sepanjang hari,” kata Islam.
“Saat kami pergi, kami tidak bisa memindahkan jenazah mereka dan kami bahkan tidak bisa sekedar berhenti untuk memeriksanya. Penembakan terjadi terus-menerus.”
Hanya satu foto yang selamat dari kejahatan itu.