Foto tersebut diambil oleh Ahmed, saudara dari kedua anak laki-laki tersebut.
Ia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia mengambil foto saudaranya yang terbunuh agar ia tidak pernah melupakan mereka, serta untuk mendokumentasikan kejahatan yang dilakukan Israel, kejahatan menembak seorang anak yang membawa kain putih.
*) Tribunnews sengaja tidak menampilkan foto tersebut karena mengandung unsur kekerasan dan sadisme.
Hasil investigasi Sanad
Investigasi Sanad menunjukkan dengan tepat lokasi di mana Ramez dan Nahedh menjadi sasaran penembak jitu Israel, di dekat sekolah Harun ar-Rashid di al-Amal, juga dikenal sebagai “Blok 109” pada peta yang dirilis tentara Israel di Gaza.
Menurut kesaksian, anak-anak tersebut ditembak sekitar pukul 10:30 pada tanggal 24 Januari.
Ahmed berhasil mengambil foto tubuh mereka antara pukul 13.00 dan 13:30, berdasarkan bayangan di foto.
Dalam foto itu, noda darah terlihat jelas pada bendera putih yang dibawa Nahedh.
Keluarga Barbakh tidak pernah bisa mengungsi bersama-sama.
Sebaliknya, mereka berduka atas anak-anak mereka sambil menerobos tembok rumah mereka untuk melintasi jalan dan rumah lain, berlari dari satu tempat berlindung ke tempat lain hingga mencapai jalan pantai di Khan Younis.
Sampai saat ini, mereka tidak tahu apa-apa apa yang terjadi pada jenazah Nahedh dan Ramez.
Pria Palestina Ditembak Mati Tentara Israel setelah Diwawancarai TV
Dalam insiden terpisah lainnya, seorang pria Palestina juga menjadi sasaran penembak jitu Israel, meski ia dan rombongannya membawa bendera putih.
Dalam artikel yang diterbitkan ITV News pada 24 Januari 2024, Ramzi Abu Sahloul (51) dan empat rekannya, diwawancarai media Inggris tersebut tentang proses evakuasi mereka dari Khan Younis ke Rafah.
Saat itu, Abu Sahloul berkata tidak ada tempat yang aman di Gaza.
“Di mana pun Anda akan melihat Tentara Israel. Mereka menembaki kami di rumah, di gedung mana pun, dan di jalan," tambahnya.