News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Hamas Vs Israel

Lancarkan Perang Psikologis, IDF Berupaya Degradasi Citra Yahya Sinwar dari Pahlawan Jadi Pecundang

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Gerakan Hamas, Yahya Sinwar di Jalur Gaza. Sinwar dikabarkan menjadi orang nomor satu yang masuk dalam daftar bunuh tentara Israel.

TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini militer Israel merilis video pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

Narasinya menyebutkan Yahya Sinwar melarikan diri bersama istri dan anak-anaknya. Dalam pelariannya, ia dan keluarganya mendapat pengawalan.

Yahya Sinwar pada video itu hanya tampak belakang. Ia menyusuri terowongan mengenakan sandal jepit.

Psikolog sosial Israel yang ahli dalam urusan desain perilaku dan kebiasaan Liraz Margalit, dalam ulasannya yang dimuat di Jerusalem Post, menyebut video yang dirilis IDF bukan semata-mata informasi biasa.

Video itu bagian dari upaya IDF mendegradasi atau mengubah citra Yahya Sinwar yang selama ini dianggap pahlawan pemberani oleh masyarakat Gaza menjadi seorang pecundang.

Menurut Liraz, yang dilakukan IDF adalah bagian dari perang psikologis.

Cuplikan video yang dirilis oleh militer Israel pada Selasa (13/2/2024) malam sebagai bagian propaganda, yang mengklaim pemimpin Hamas Yahya Sinwar terlihat di terowongan di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan. (IDF)

Pesan itu sangat jelas ketika juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan bahwa Sinwar melarikan diri bersama anak-anak dan salah satu istri, dengan kawalan saudara laki-lakinya.

IDF memahami pentingnya pesan yang sederhana, dapat diulang-ulang, dan menggugah emosi siapapun yang menonton video tersebut.

Daniel Hagari menggunakan beberapa kata kerja seperti "melarikan diri", "melarikan diri", dan "mengawal". Hal ini memungkinkan mereka untuk menggambarkan kepasifan, ketidakberdayaan, dan kepengecutan Sinwar.

"Yahya Sinwar yang agung, pembuat keputusan, pahlawan besar, melarikan diri melalui terowongan dengan sandal jepit," tulis Liraz.

Baca juga: Mantan Perwira Israel Tuduh Yahya Sinwar Pergi ke Mesir, IDF: Itu Klaim Palsu

Mengenakan sandal jepit menyusuri terowongan seolah menujukkan kesan bahwa Sinwar sedang terburu-buru disertai perasaan ketakutan (sehingga tak sempat memakai sepatu). 

Hagari dalam jumpa pers perilisan video tersebut juga menyebut IDF sudah mencapai kompleks terowongan yang selama ini jadi tempat tinggal Yahya Sinwar bersama pejabat tinggi Hamas lainnya.

"Mereka bersembunyi di tanah, sementara perang terjadi di atasnya," ucap Hagari.

Maksud ucapan Hagari jelas-jelas meremehkan kemampuan Sinwar dalam mengambil keputusan.

Narasi yang disampaikan Hagari memiliki tujuan untuk memperburuk ketegangan yang terjadi antara Yahya Sinwar dan Ismail Haniyeh.

Diketahui dua tokoh besar Hamas tersebut sudah tak saling bicara selama beberapa hari belakangan ini.

Liraz menilai bahwa upaya IDF mencoba memperdalam konflik antara kedua pemimpin Hamas adalah tindakan yang tepat untuk menggerogoti semangat dan motivasi kelompok tersebut.

Sinwar kemungkinan frustrasi karena harus bersembunyi di terowongan, menghindari serangan dan upaya penangkapan oleh militer Israel. Ia dalam tekanan hebat, tak bisa bergerak bebas.

Sementara Haniyeh semakin mengambil kendali atas apa yang terjadi di Gaza. Bahkan ia mewakili Hamas dalam negosiasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel yang difasilitasi Mesir dan Qatar.

Yahya Sinwar dan Haniyeh saat ini disebut tengah bersaing mendapatkan kendali, masing-masing ingin menjadi pihak yang memegang kendali atas Hamas.

Sinwar yang berstatus pemimpin di jantung Kota Gaza, melakukan penilaian risiko. Dan karena itu, ia menyatakan kesiapannya menerima proposal gencatan senjata selama enam minggu. 

Gencatan senjata secepatnya adalah cara bagi Sinwar agar bisa bertahan hidup dan memulihkan pertahanan militer Hamas.

Namun, Haniyeh yang memegang tongkat kepemimpinan politik Hamas di Qatar mendorong konsesi yang lebih besar dari Israel. Dengan kata lain membuat kesepatakan lebih dari sekadar gencatan senjata.

Perpecahan internal menimbulkan hambatan besar terhadap proses negosiasi dan menghalangi Hamas untuk menghadirkan kesatuan dalam diskusi dengan mediator internasional.

Perselisihan ini sangat penting dalam menganalisis dinamika dan memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

Terkesan bahwa Haniyeh yang duduk di ruangan ber-AC di Qatar tidak memperhitungkan kesulitan yang dihadapi Sinwar dan penderitaan warga Gaza.

Seolah ada kesan Haniyeh ingin membuktikan kepada dunia bahwa dialah yang mengambil keputusan dan dengan demikian memantapkan posisinya dalam kepemimpinan organisasi.

Perang ego sangat jelas terlihat di sini. Sinwar sama sekali tidak suka jika negosiasi “berlebihan”.

Namun, karena Sinwar bersembunyi, lebih sulit baginya untuk mengungkapkan pendiriannya. Dia memahami bahwa Haniyeh sedang mengeksploitasi hal ini.

Liraz mengatakan perang psikologis memiliki aturannya sendiri, ditujukan pada emosi musuh dan dimaksudkan untuk melukai titik lemahnya. D

"Kita tidak punya cara untuk melindungi diri kita dari dampaknya. Sekalipun kita sadar akan manipulasinya, manipulasi itu tetap saja mempengaruhi kita. Ini sangat efisien karena menargetkan emosi," tandas Liraz.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini