Penganiayaan kembali dilakukan tentara Israel terhadap Shamlakh ketika mereka tiba di lantai paling atas apartemen.
Shamlakh dipukul oleh tentara Israel menggunakan sepatu berat di bagian wajah, perut, dan matanya.
"Ada sekitar 15 tentara, dan mereka semua bergantian memukul saya menggunakan sepatu," ujar dia.
Teriakan Shamlakh tak digubris, sementara tentara Israel terus memukulinya sambil menanyakan soal terowongan Hamas dan keberadaan kelompok perlawanan Palestina itu.
Shamlakh juga dicecar pertanyaan apakah dia terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
"Saya berulang kali menegaskan status sipil saya dan (mengatakan sudah) memisahkan diri dari Hamas, namun mereka tidak percaya dan terus memukuli saya," kisah Shamlakh.
Setelah dianiaya dan diinterogasi, Shamlakh dipaksa melepaskan pakaiannya.
Baca juga: Rasakan Dampak Boikot karena Dukung Israel, Unilever Sebut Penjualan di Indonesia Menurun
Ia dibiarkan begitu saja oleh tentara Israel dan diusir tanpa mengenakan pakaian, padahal cuaca di Gaza sedang dingin.
Shamlakh sempat bertemu tank Israel di perjalanannya dan mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.
Meski demikian, ia sempat ditodong meriam tank oleh tentara Israel.
"Mereka menghentikan saya, menginterogasi saya sebentar, lalu melepaskan saya," ungkap Shamlakh.
Shamlakh kembali diinterogasi tentara Israel saat ia mencapai pos pemeriksaan.
Ia ditahan selama satu jam, berdiri dalam cuaca dingin dengan darah mengalir di wajahnya, sebelum diizinkan lewat.
Shamlakh yang kemudian melanjutkan perjalanannya, bertemu dengan beberapa orang dan mereka bergegas membantunya.
Mereka memberi Shamlakh pakaian dan membawanya ke RS Martir Al-Aqsa.
Hingga saat ini, Shamlakh terpisah dari keluarganya dan tak mengetahui kondisi mereka.
“Sampai saat ini, saya masih cemas untuk menghubungi keluarga saya di Gaza timur.
“Saya tidak tahu apa-apa tentang mereka, apakah mereka masih hidup atau tidak," pungkas dia.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)