"Ini adalah pembunuhan sengaja warga sipil yang tidak terlibat situasi ini, mereka hanya menunggu bantuan kemanusiaan. Mereka ingin makanan untuk anak-anak mereka dan inilah harga yang harus mereka bayar," kata Bassam.
Militer Israel mengaku warga yang mengerumuni bantuan kemanusiaan "membahayakan pasukan" sehingga tentara melepaskan tembakan. Namun, pihak Hamas dan Otoritas Palestina menilai peristiwa ini sebagai "pembantaian keji" dan kejahatan perang Israel.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku telah menerima informasi soal tindakan Israel menembaki kerumunan orang kelaparan.
Biden mengaku pihaknya masih berusaha mengecek peristiwa tersebut karena ada "dua versi yang berlawanan tentang apa yang terjadi".
Menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pasukan Israel telah membunuh setidaknya 30.035 orang sejak 7 Oktober 2023.
Sebanyak 70.457 orang lebih pun mengalami luka-luka.
Tuntut Israel
Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri AS menyatakan kengerian atas apa yang terjadi di Gaza dan mengindikasikan bahwa mereka akan menuntut jawaban dari Israel.
“Peristiwa terbaru ini perlu diselidiki secara menyeluruh,” kata juru bicara Gedung Putih Olivia Dalton, dikutip dari Times of Israel.
“Peristiwa ini menggarisbawahi perlunya memperluas bantuan kemanusiaan untuk mencapai Gaza,” lanjutnya.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menyampaikan belasungkawa atas mereka yang tewas.
Miller mengatakan bahwa Washington telah meminta Israel untuk memberikan jawaban dan memastikan pengiriman bantuan yang aman.
“Kami telah menghubungi pemerintah Israel sejak pagi tadi dan memahami bahwa penyelidikan sedang dilakukan. Kami akan memantau penyelidikan tersebut dengan cermat dan mendesak untuk mendapatkan jawaban,” katanya,
“Kami akan memastikan Israel untuk mengizinkan sebanyak mungkin titik akses, dan memungkinkan distribusi bantuan tersebut secara aman dan terjamin ke seluruh Gaza,” ucapnya.