Kota Baalbek di lembah Bekaa merupakan benteng pertahanan Hizbullah yang berbatasan dengan Suriah.
Pada tanggal 26 Februari, serangan Israel menargetkan Baalbek, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari perbatasan.
Serangan itu menewaskan dua anggota Hizbullah dalam serangan terdalam ke wilayah Lebanon sejak permusuhan dimulai.
Hizbullah telah berulang kali mengatakan bahwa mereka hanya akan menghentikan serangannya terhadap Israel jika Israel menghentikan serangannya di Gaza.
Namun Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, baru-baru ini mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza tidak akan mengubah tujuan Israel untuk mengusir Hizbullah dari Lebanon selatan, baik dengan kekerasan atau diplomasi.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober, setidaknya 316 orang – sebagian besar pejuang Hizbullah – dan 53 warga sipil telah tewas di Lebanon, menurut penghitungan AFP.
Sementara itu, Israel telah membunuh lebih dari 31.000 warga Palestina di Jalur Gaza sejak pecahnya perang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Siapa Hizbullah?
Mengutip Aljazeera, Hizbullah adalah kelompok bersenjata dan politik Syiah yang didukung oleh Iran.
Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Kelompok ini muncul dari kelompok bersenjata yang dibentuk oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Kelompok Hizbullah, yang mendapat dukungan dari kalangan Muslim Syiah, adalah salah satu musuh terbesar Israel di wilayah tersebut.
Baca juga: Operasi Steady Anchor, Tentara Israel Siapkan Rencana Darurat Perang Besar-besaran Lawan Hizbullah
Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengklaim Hizbullah memiliki 100.000 pejuang.
Hizbullah membanggakan roket yang presisi dan mengatakan mereka dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Amerika Serikat memperkirakan Iran telah mengalokasikan ratusan juta dolar setiap tahunnya untuk Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir.