Sumber di sektor konstruksi Israel mengatakan lebih dari 20.000 pekerja dari India dan Sri Lanka disetujui untuk bekerja melalui tes penyaringan yang dilakukan oleh Asosiasi Kontraktor Israel (ICA).
Namun, hanya sekitar 1.000 pekerja yang tiba setelah tiga bulan, menyalahkan prosedur birokrasi termasuk mendapatkan izin.
Pemerintah Israel berulang kali meminta ICA untuk mempercepat perekrutan tersebut.
“Tugas yang diberikan pemerintah kepada kami dilaksanakan dengan kecepatan tinggi," kata ICA kepada PTI pekan lalu.
"Sudah berminggu-minggu sejak kami menyelesaikan tiga putaran seleksi pekerja di mana persetujuan profesional diberikan untuk mempekerjakan lebih dari 20.000 pekerja, setengah dari mereka berada di jalur pemerintahan dan setengah lagi di jalur bisnis,” tambahnya.
Saat ini, industri konstruksi Israel sedang menghadapi krisis kekurangan tenaga kerja, sehingga banyak proyek terhenti.
Sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan pembalasan Israel, sekitar 150.000 warga Palestina dari Tepi Barat dan 18.500 warga Gaza lainnya memiliki izin memasuki Israel untuk bekerja.
Namun, Israel mengakhiri masa kerja mereka setelah pecah operasi militer Israel di Jalur Gaza untuk membalas Hamas.
Israel mencari alternatif dengan memanfaatkan para pekerja dari India dan beberapa negara lain untuk memenuhi kekurangan pekerja di Israel.
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.482 jiwa dan 76.049 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (11/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel