Masalah ini membuat bandara Ben hanya dapat melayani 100 penerbangan per hari, dan berdampak pada amblasnya sektor pariwisata asing maupun domestik di Israel.
“Perang tidak hanya tragis, tapi juga mahal. Dampaknya terhadap pariwisata, misalnya, sangat nyata dan tidak bisa diabaikan,” jelas kolumnis teknologi dan penasihat startup yang berbasis di Beit Shemesh, Israel, Hillel Fuld.
Baca juga: Populer Internasional: Hamas Kerahkan Polisi di Gaza - Inggris Ingin Kirim Tentara NATO ke Ukraina
Namun memasuki awal tahun 2024, beberapa maskapai mulai melanjutkan operasi penerbangan dari Israel meski premi masih dipatok mahal. Adapun daftar maskapai tersebut diantaranya Air Seychelles (Mahe), Air Europa (Madrid), Azerbaijan Airlines (Baku), dan Georgian Airways (Tbilisi).
Situasi ini yang dimanfaatkan warga Israel untuk dapat keluar dari negaranya guna mencari perlindungan di tengah pertempuran perang yang sengit.
(oln/khbrn/rpblk/*)