“Tidak ada tempat untuk pergi," katanya.
Saat ini, situasi di kota Rafah sangat memilukan, khususnya di bagian timur.
Daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang padat penduduknya.
Kawasan tersebut kini tidak hanya dengan penduduk setempat, tetapi juga dengan ribuan keluarga pengungsi yang berada di dalam rumah pemukiman atau mereka yang mendirikan tenda di jalan atau trotoar.
Juga terdapat kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Khususnya dalam hal situasi kemanusiaan, kurangnya fasilitas, kebersihan, sanitasi dan semua kesulitan kondisi kehidupan yang disebabkan oleh kampanye pengeboman yang intens.
Hal itu sudah berlangsung selama tujuh bulan terakhir.
Kini, perintah evakuasi baru ini kemungkinan akan semakin meningkatkan kesulitan kondisi kehidupan dan semakin banyak menimbulkan ancaman lebih banyak penyakit.
Baca juga: Tank Israel Memasuki Rafah Mendekati Perbatasan Mesir, 12 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Udara
Bahkan yang lebih penting adalah hancurnya rasa aman.
Perluas serangan ke Rafah
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada wartawan bahwa mereka memerintahkan evakuasi untuk sekira 100.000 warga dari Rafah timur.
Sementara itu, komunitas internasional sudah berulang kali memperingatkan Tel Aviv bahwa invasi ke Rafah akan menjadi "bencana besar".
Sebuah laporan dari koresponden Al Jazeera di Gaza bagian selatan, perintah evakuasi muncul menyusul buntunya perundingan gencatan senjata di Kairo.
Seruan untuk meninggalkan Rafah timur tersebut disampaikan melalui brosur, SMS, telepon, dan siaran media berbahasa Arab.
Militer Israel memerintahkan penduduk lokal di bagian timur kota Rafah untuk segera mengungsi ke bagian barat, ke zona evakuasi al-Mawasi.