TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan AS Joe Biden memutuskan untuk menghentikan sementara pengiriman sekitar 3.500 bom ke Israel pekan lalu karena kekhawatiran senjata tersebut akan digunakan di Rafah.
Kabar tersebut baru dikonfirmasi oleh seorang pejabat senior pemerintah AS, Rabu (8/4/2024).
Dilansir ABC News, pengiriman senjata lainnya, termasuk penjualan Joint Direct Attack Munition, atau perlengkapan JDAM, juga sedang diteliti dengan cermat.
Keputusan untuk menghentikan sementara pengiriman dan mempertimbangkan pengiriman yang lambat adalah perubahan besar dalam kebijakan pemerintahan Biden.
Ini adalah kasus pertama di mana AS menolak bantuan militer yang diminta sekutu dekatnya itu sejak perang Israel-Hamas dimulai.
Menurut pejabat senior pemerintah yang membocorkan informasi ini, penundaaan tersebut dilakukan karena pembicaraan AS-Israel mengenai kebutuhan kemanusiaan di Rafah belum sepenuhnya membuat AS tenang.
Lebih dari separuh pengiriman yang dihentikan minggu lalu terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon.
Sisanya sebanyak 1.700 bom merupakan bahan peledak seberat 500 pon, kata pejabat itu.
“Kami secara khusus fokus pada penggunaan bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat seperti yang kita lihat di wilayah lain di Gaza,” kata pejabat tersebut kepada ABC News.
“Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman ini.”
Kasus-kasus lain yang masih dalam peninjauan termasuk peralatan JDAM, yang memungkinkan penargetan bom secara presisi.
Baca juga: Bantuan ke Gaza Terhenti Setelah Pasukan Israel Merebut Perbatasan Rafah, IDF Tutup Jalur Bantuan
Beberapa pejabat AS lainnya juga mengkonfirmasi keputusan kebijakan tersebut pada hari Selasa, hari yang sama ketika Israel memulai apa "operasi terbatas" di Rafah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi di Rafah tidak bisa dihindari dan diperlukan untuk melenyapkan Hamas.
Gedung Putih menolak untuk membahas secara spesifik saat konferensi pers, dan malah menunjuk pada dukungan AS secara keseluruhan terhadap Israel.