“Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang akan mempunyai pengaruh baik secara domestik maupun [eksternal] maka seseorang tidak akan menargetkan presiden," ujarnya.
2. Faktor Internal
Faktor internal pengalihan kekuasaan di Iran juga disebut-sebut ada di balik kecelakaan tragis itu.
Mojtaba Khamenei, putra Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, disebut-sebut akan menjadi Presiden Iran dalam Pemilu yang akan digelar 50 hari mendatang.
Sudah lama terdengar spekulasi bahwa Raisi atau Mojtaba adalah dua sosok utama pengganti Khamenei.
Sehingga kematian Raisi membuka jalan bagi Mojtaba untuk menjadi penerus Khamenei.
“Jika Raisi benar-benar mati, kuncinya bukanlah siapa yang menggantikannya. Fakta bahwa Pemimpin Tertinggi berikutnya kemungkinan besar adalah putra Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei,” tulis Gabriel Noronha, mantan penasihat Iran di Departemen Luar Negeri AS pada X (twitter).
“Para pakar internal percaya bahwa persaingan untuk menggantikan Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi bergantung pada Mojtaba dan Raisi. Jika Raisi meninggal, Mojtaba akan menjadi pewarisnya,” tambah Gabriel Noronha.
3. Helikopter Tua
Helikopter jenis Bell 212 yang digunakan Presiden Iran dalam kecelakaan itu.
Dikutip dari The Guardian, Bell 212 adalah helikopter tua versi sipil dari UH-1N "Twin Huey" era Perang Vietnam.
Iran mengoperasikan sejumlah helikopter namun sebagian besar sudah ada sejak sebelum revolusi Islam di negara itu pada tahun 1979.
Karena sanksi dan kendala keuangan, Iran mengalami kesulitan dalam membeli suku cadang sehingga pemeliharaan menjadi tantangan tersendiri.
Mantan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyalahkan sanksi Amerika pada suku cadang penerbangan atas jatuhnya helikopter yang membawa Raisi.
Iran masih bergantung pada helikopter Amerika yang sudah ketinggalan zaman.
“Salah satu penyebab tragedi kemarin adalah Amerika Serikat, karena sanksinya yang melarang Iran membeli suku cadang penting untuk penerbangan,” kata Zarif kepada televisi pemerintah Iran.