"Dukungan AS terhadap perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza tidak akan goyah," katanya.
Menurutnya, serangan di Rafah bukanlah garis merah bagi AS untuk mengambil tindakan terhadap Israel.
"Tindakan Israel sejauh ini bukan merupakan operasi darat besar yang telah ditetapkan oleh Presiden Biden sebagai garis merah untuk bantuan Washington yang sedang berlangsung," lanjutnya.
“Kami belum melihat mereka melakukan hal itu pada saat ini, tapi kami mengawasinya dengan cermat,” katanya.
“Semua yang kami lihat, dan kami tidak bisa melihat semuanya, tapi semua yang kami lihat memberi tahu kami bahwa mereka tidak melakukan operasi darat besar-besaran di pusat-pusat populasi di pusat Rafah," ujarnya.
AS adalah pendukung setia Israel sejak negara itu didirikan pada tahun 1948.
AS juga memberikan bantuan militer secara rutin ke Israel, termasuk senjata dan bom yang digunakan Israel dalam agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 36.096 jiwa dan 81.136 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (29/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel