TRIBUNNEWS.COM - Proposal gencatan senjata baru yang ditawarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dinilai memperkeruh keadaan di Gaza.
Ini adalah proposal yang jauh lebih rinci dibandingkan dengan apa yang telah kita lihat pada putaran perundingan dan pembicaraan sebelumnya.
Kesepakatan ini membahas mengenai tujuan akhir setelah perang usai, yaitu rekonstruksi Gaza.
Sebuah solusi politik jangka panjang yang tertuang dalam di fase ketiga proposal tersebut.
Sejauh ini, ini adalah kesepakatan yang paling menarik karena adanya fase ketiga tersebut, Al Jazeera melaporkan.
Bisa dikatakan kalau fase ketiga ini adalah sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Semua perundingan lainnya pada dasarnya terhenti karena satu hal – Hamas ingin mengakhiri perang secara permanen.
Sementara, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bersikeras akan berperang sampai tujuannya tercapai, yaitu menghancurkan Hamas secara politik dan militer.
Dengan harapan, Hamas tidak dapat melancarkan serangan seperti yang terjadi pada 7 Oktober.
Kesepakatan ini sebenarnya memperkeruh keadaan jika menyangkut dua hal tersebut.
Ya, memang ada gencatan senjata permanen, penghentian perang secara permanen yang dibahas dalam kesepakatan khusus ini.
Baca juga: Isi Proposal Gencatan Senjata Tahap Pertama, Kedua dan Ketiga yang Ditawarkan Israel
Akan tetapi, apakah hal ini memberikan ruang gerak bagi Hamas untuk bertahan dalam bentuk tertentu?
Proposal gencatan senjata terbaru yang diumumkan Biden
Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat (31/5/2024) mengatakan Israel telah mengusulkan gencatan senjata baru di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan tawanan.
Menurutnya, itu adalah cara terbaik untuk mengakhiri konflik.