TRIBUNNEWS.COM - Hamas menjelaskan amandemen atau perubahan mereka mengenai proposal gencatan sejata yang diumumkam oleh Presiden AS Joe Biden pada Mei lalu.
Hamas menyebut kini keputusan ada di tangan Israel, The New Arab melaporkan.
Hamas menekankan amandemen mereka tidak signifikan dan mereka tidak menolak proposal tersebut.
Salah satu amandeman ialah penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Hamas menyatakan tidak akan menerima kesepakatan apapun di mana militer Israel masih berada di wilayah Palestina.
Amandemen lainnya yakni pembebasan tahanan berdasarkan senioritas mereka serta penghentian penahanan narapidana yang dibebaskan.
Perubahan ini menyatakan bahwa setiap warga Palestina yang telah dibebaskan, harus diizinkan untuk kembali ke rumah dan desa mereka.
Karena selama ini, Israel rupanya kerap mencegah tahanan yang telah dibebaskan untuk kembali ke Tepi Barat yang diduduki.
Revisi lebih lanjut menyerukan rekonstruksi Gaza dan lebih banyak bantuan diizinkan masuk ke wilayah kantong yang terkepung.
Perjanjian ini menetapkan bahwa konvoi bantuan harus diizinkan masuk dan penghentian agresi harus berkelanjutan.
Menurut kantor berita Reuters, mengutip dua sumber keamanan Mesir, catatan terakhir Hamas adalah tuntutan jaminan tertulis dari AS terkait gencatan senjata permanen dan penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.
Baca juga: 5 Poin Pernyataan Prabowo soal Palestina, Singgung Strategi jika Gencatan Senjata Tak Terwujud
Sumber-sumber tersebut dilaporkan mengatakan bahwa Hamas khawatir bahwa proposal yang ada saat ini tidak memberikan jaminan eksplisit mengenai transisi dari tahap pertama rencana tersebut – terutama gencatan senjata enam minggu dan pembebasan beberapa tahanan – ke tahap kedua, yang mencakup gencatan senjata permanen.
Hamas mengecam Blinken
Sementara itu, Hamas mengecam komentar Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken yang disampaikan pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Blinken berkata Hamas membuat banyak sekali perubahan.
Blinken menyebut ada beberapa perubahan yang bisa diterima tetapi ada yang tidak.
Dalam pertemuan tersebut, dia mengatakan perang Israel di Gaza kini akan berlanjut sebagai akibat dari tanggapan Hamas.
Menurut publikasi berbahasa Arab, Al-Araby Al-Jadeed, Hamas mengatakan Blinken berusaha untuk membebaskan Israel dari tuduhan menghalangi perjanjian gencatan senjata.
“Blinken berusaha meminta pertanggungjawaban kami karena menghalangi tercapainya kesepakatan, sebagai kelanjutan dari kebijakan negaranya yang terlibat dalam genosida ini,” kata Hamas itu dalam sebuah pernyataan.
Hamas kembali menegaskan bahwa mereka tidak mengubah pendiriannya selama berbulan-bulan, dan mereka menanggapi perjanjian gencatan senjata secara bertanggung jawab.
Israel, sementara itu, belum menyatakan persetujuan publik terhadap proposal tersebut dan terus melanjutkan perangnya di Gaza.
Awal pekan ini, Hamas menyampaikan tanggapan bersama dengan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ).
Kelompok tersebut memberikan tanggapan positif terhadap usulan gencatan senjata.
Tetapi, Israel menganggap catatan Hamas sebagai “penolakan”.
Sementara itu, Hamas menegaskan kembali bahwa mereka siap untuk membahas rincian lebih lanjut mengenai amandemen yang mereka rencanakan.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 37.232 warga Palestina sejak Oktober dan melukai sedikitnya 85.000 lainnya.
Baca juga: Bila Tolak Gencatan Senjata, Prabowo Sebut Israel Akan Jadi Negara yang Paling Dikucilkan di Dunia
Serangan militer Israel yang membabi buta telah meratakan seluruh lingkungan dan menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang parah.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)