Baca tanpa iklan
Kondisi Gaza yang semakin memprihatinkan memaksa sebagian besar warga minum air limbah untuk bertahan hidup.
Hal ini diungkap oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
OCHA menjelaskan situasi mengerikan terjadi pasca-fasilitas desalinasi dan terganggu karena kekurangan bahan bakar dan listrik sejak pertengahan Oktober tahun lalu.
Kondisi ini yang membuat fasilitas desalinasi gagal melakukan penyaringan.
Sehingga, stok air bersih terus menipis di tengah membludaknya jumlah pengungsi.
Kondisi tersebut makin diperparah dengan tindakan pemerintah Israel yang memberlakukan blokade pasokan air bersih yang mengalir ke Gaza.
Hal ini yang membuat 2,3 juta warga Gaza makin kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari.
Di satu lokasi pengungsian, jumlah rata-rata air yang tersedia per hari kurang dari satu liter per orang.
Jauh di bawah persyaratan minimum yang diakui secara internasional untuk bertahan hidup yaitu tiga liter per hari.
Imbas krisis air, Otoritas Kualitas Lingkungan di Palestina mengungkapkan 66 persen warga Palestina di Jalur Gaza menderita penyakit menular.
Di antaranya seperti kolera, diare akut, serta penyakit pencernaan akibat krisis air minum dan penutupan pabrik desalinasi air.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)