“Perdana menteri itu melalui wakilnya, anggota keluarga, dan corong di berbagai media secara sistematis menjalankan kampanye terhadap pemimpin militer, keamanan, politik yang tidak segera memperhatikan setiap kata yang diucapkannya.”
Olmert meyakini Netanyahu sengaca menyebarkan “racun”, hasutan, cibiran, dan berusaha merusak kepercayaan warga Israel kepada para pemimpin militer saat perang.
Dia menuding Perdana Menteri Israel sengaja membahayakan nyawa tentara dengan mendekatkan mereka kepada bahaya.
“Ini karena penolakannya untuk menentukan tujuan pertempuran dan mengatur jadwal demi pencapaian mereka, atau membahas bagaiman Jalur Gaza dan Tepi barat akan diperintah ketika pertempuran berakhir.”
Di samping itu, dia berujar Netanyahu sengaja menghalangi kemungkinan pembentukan poros regional baru yang berdasarkan kerja sama di antara negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, serta negara muslim lain di luar kawasan Timur Tengah.
Kata Olmert, perdana menteri sayap kanan itu sengaja ingin menghancurkan kerja sama politik, keamanan, dan militer di antara Israel dan Amerika Serikat.
“Selama bertahun-tahun lamanya, stabilitas politik Israel di panggung dunia berada pada dukungan absolut AS,” katanya.
“Netanyahu kini berusaha menghancurkan seluruh sistem kompleks ini.”
Baca juga: Tentara Zionis Diduga Berkonspirasi untuk Gulingkan Netanyahu, Istri PM Israel Singgung Kudeta
Berdasarkan tudingan-tudingan yang telah disampaikannya, Olmert menyebut Netanyahu harus segera diadili di pengadilan rakyat Israel.
“Netanyahu tak ingin perang berakhir, dia tak ingin sandera pulang hidup-hidup, dan dia tak ingin rencana di utara yang akan mengembalikan penduduk ke rumah mereka,” kata Olmert.
“Dia tak ingin menghentikan perlakukan buruk dan pembunuhan warga Palestina di Yudea dan Samaria. Netanyahu menginginkan perang tanpa akhir sambil melemahkan hubungan Israel dengan tetangganya dan dengan Amerika Serikat.”
“Netanyahu ingin menghancurkan Israel, tak kurang. Sudah saatnya mengusir dia.”
(Tribunnews/Febri)