TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer berhasil memenangkan kursi Perdana Menteri Inggris setelah pemungutan suara pemilihan parlemen Inggris.
Keir Starmer memenangkan suara mayoritas parlemen dalam pemilihan suarat tersebut, mengalahkan Partai Konservatif yang sudah berkuasa selama 14 tahun.
Pada Jumat (5/7/2024) pagi, Partai Buruh melewati ambang batas yang diperlukan untuk memerintah sendiri.
Namun, sebagai salah satu pemimpin terpilih di negara Barat, akankah Keir Starmer mendukung gencatan senjata di Gaza?
Perlu diketahui, Keir Starmer merupakan sahabat dekat Israel.
Mudah saja untuk menggunakan dukungannya terhadap Israel yang terus menghancurkan Gaza.
Dikutip dari Novara Media, hal ini menunjukkan bahwa ia sebelumnya tidak memiliki pendirian yang kuat dan hanya terlibat dalam masalah yang berkaitan dengan Israel dan Palestina setelah serangan 7 Oktober.
Kengerian pada 7 Oktober memaksanya untuk mendukung Israel, begitulah argumennya.
Keir Starmer pernah memaksa partainya agar memberikan suara menentang gencatan senjata ketika Israel telah membunuh lebih dari 38 ribu warga Palestina.
Namun, seperti halnya pembersihan etnis sistematis di Israel yang tidak dimulai setelah 7 Oktober, begitu pula dengan dukungan antusias Keir Starmer terhadap proyek kolonial pemukim.
"Saya mendukung Zionisme tanpa syarat," kata Keir Starmer ketika dirinya memenangkan kontes kepemimpinan Partai Buruh.
Baca juga: Netanyahu Kirim Bos Mata-mata Mossad ke Qatar, Lanjutkan Negosiasi Gencatan Senjata Perang Gaza
Pada titik kritis ini, dari Gaza hingga Tepi Barat, warga Palestina menghadapi penindasan, pendudukan, dan pencurian tanah, solidaritas Palestina yang tak tergoyahkan yang dipadukan dengan dukungan kuat terhadap jalan yang mendukung tekanan global terhadap Israel merupakan hal yang tidak terpisahkan.
Namun, hal-hal tersebut justru merupakan sesuatu yang selama ini tidak dihiraukan atau dinetralisir oleh Keir Starmer.
Misalnya, kasus Mahkamah Internasional yang diajukan oleh Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, hanya mendapat tanggapan bungkam dari mantan pengacara hak asasi manusia tersebut.
Menjadi negara paria internasional berkontribusi besar terhadap runtuhnya apartheid di Afrika Selatan, jadi ada preseden dan mungkin ruang untuk optimisme yang hati-hati.
Namun Keir Starmer gagal menawarkan sesuatu yang substantif tentang kasus pengadilan tersebut.
Bahkan, ia tetap tidak akan mempertimbangkan penggunaan istilah genosida untuk menggambarkan kondisi dahsyat di lapangan di Gaza saat pembantaian Israel terus berlanjut, sebaliknya mencemooh usulan untuk menggunakan kata tersebut.
Pada bulan April 2022, Keir Starmer ditanya apakah dia setuju dengan laporan forensik Amnesty International yang menyimpulkan bahwa Israel adalah negara apartheid. Dia dengan tegas menolaknya.
Pada dasarnya, Keir Starmer telah menunjukkan konsistensi yang cermat dalam memastikan Israel memiliki sekutu yang dapat diandalkan dalam hal terlindungi dari akuntabilitas.
Baca juga: Yoav Gallant Beri Sinyal Kesepakatan Gencatan Senjata Sudah Dekat, Perang di Gaza Bakal Berakhir?
Rishi Sunak Akui Kekalahan
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pada hari Jumat mengakui kekalahan dalam pemilihan parlemen negara itu.
Sunak mengatakan bahwa partai Buruh oposisi menang.
"Partai Buruh telah memenangkan pemilihan umum ini dan saya telah menelepon Sir Keir Starmer untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya," kata Sunak, dikutip dari CNBC.
Baca juga: Israel Hancurkan Masjid Bersejarah Terbesar Kedua di Gaza
Ia berbicara setelah memenangkan kursinya di parlemen di Richmond dan Northallerton.
Sunak berbicara mengenai “malam yang sulit” bagi Partai Konservatif, dan mengatakan bahwa ia bertanggung jawab atas hasil pemilu tersebut.
"Malam ini, rakyat Inggris telah menyampaikan vonis yang menyadarkan. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan direnungkan," kata Sunak.
(Tribunnews.com/Whiesa)